SUARA PEMBACA

Mereguk Kebahagiaan Sejati

Tahun 2019 yang merupakan tahun politik dianggap sangat tepat untuk melakukan perubahan. Namun kita tentu tak ingin terjebak pada lubang yang sama. Mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan. Seakan keluar dari mulut buaya, masuk ke mulut harimau. Laksana orang yang sudah jatuh terimpa tangga. Kita tak ingin bernasib sama. Apalagi ketika Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia orang yang rugi.” Mari kita telaah bersama dan berkata dengan jujur. Apakah segala keterpurukan ini disebabkan pemimpinnya semata atau ada campur tangan sistem yang saat ini mencengkaram kita? Jujurlah, sudah berapa kali kita ganti pemimpin, namun kondisi kita semakin hari bukan semakin baik, justru semakin terpuruk.

Lihatlah, betapa semakin liberalnya ekonomi kita. Swastanisasi dimana-mana. Kehidupan pun semakin individualis dengan gaya yang hedonis. Riba pun tumbuh subur. Prostitusi dan miras pun dilegalisasi. Padahal kita tau, dalam Al-Qur’an, Allah melarang riba, zina, dan minum khamr. Meskipun kita boleh sholat, puasa dan dimotivasi berzakat. Kita masih diijinkan pergi haji meskipun dana simpanan haji kita dipakai pemerintah untuk membiayai infrastruktur. Namun pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara, agama telah dijauhkan sedemikian hingga. Inilah ciri sistem kapitalisme yang berasaskan sekuler, memisahkan antara agama dan kehidupan termasuk negara.

Inilah sumber pangkal kerusakan dan kesempitan hidup yang kita rasakan saat ini. Sistem hidup berideologikan kapitalis sekuler ini telah meniscayakan pada manusia untuk membuat aturan hidup sendiri. Sistem kapitalisme ini pula yang mencampakkan segala aturan Allah dan meletakkan Allah hanya di atas sajadah, di sudut masjid, dan di tasbih. Padahal Allah SWT berfirman dalam surah Thaha ayat 124: “Barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit,dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.”

Jadi, jika kita ingin mereguk kehidupan yang lebih baik, maka haruslah dengan perubahan hakiki. Perubahan hakiki hanya bisa dirasakan ketika sistem kapitalisme ini diganti dengan sistem Islam. Suatu sistem yang menerapkan semua aturan Allah Sang Maha Pencipta dan Maha Pengatur. Suatu sistem yang akan mengundang kebarokahan hidup sebagaimana janji Allah dalam Al-Qur’an surah Al-A’raf ayat 96. Wallahua’lam.[]

Mahrita Julia Hapsari, M.Pd
Guru di Banjarmasin

Laman sebelumnya 1 2
Back to top button