Mereka Tertidur di Udara Dingin dan Terbangun di Surganya Allah
Ujian demi ujian tanpa henti hentinya melanda saudara kita seiman dibelahan dunia sana. Tentu kita tak akan sanggup melihat tanpa meneteskan air mata, seraya berdoa…yaa itu yang kita mampu, berdoa buat kebaikan mereka di dunia dan akhirat.
Berkaca dari peristiwa ujian Allah terhadap hamba hambaNya yang dicintaiNya, tentu kita akan berfikir begitulah kecintaan Allah kepada hambaNya, diberikan ujian sampai dia merasa ikhlas dan ridho, sampai berjumpa tanpa membawa dosa sedikitpun.
Lalu bagaimana dengan kita, yang Allah karuniakan kenikmatan yang begitu banyak, sumber daya alam melimpah, kesejahteraan bumi membahana sehingga setiap makhluknya bahagia menikmati hidupnya.
Ibadah leluasa tanpa tersiksa, semua serba nikmat atas karuniaNya. Namun apakah kita bersyukur atas semua karunia itu?
Sungguh seorang yang beriman akan dimintai pertanggung jawaban atas segala nikmat itu, atau azab yang akan diderita selamanya diakhirat nanti.
Dari Anas bin Malik, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
“Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah no. 4031, hasan kata Syaikh Al Albani).
Dalam sebuah hadits disebutkan,
إذا أحَبَّ اللهُ قومًا ابْتلاهُمْ
“Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji” (HR. Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath, 3/302. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 285).
Dan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
أشد الناس بلاء الأنبياء, ثم الصالحون, ثم الأمثل فالأمثل
“Manusia yang paling berat cobaannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang semisal mereka dan yang semisalnya” (HR. Ahmad, 3/78, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 995).
Mereka adalah orang-orang yang dicintai oleh Allah. Ujian yang menimpa orang-orang yang Allah cintai, itu dalam rangka mensucikannya, dan mengangkat derajatnya, sehingga mereka menjadi teladan bagi yang lainnya dan bisa bersabar.
Maka jika ia orang yang sangat tegar dalam beragama, semakin berat ujiannya. Oleh karena itu Allah memberikan ujian kepada para Nabi dengan ujian yang berat-berat.
Di antara mereka ada yang dibunuh, ada yang disakiti masyarakatnya, ada yang sakit dengan penyakit yang parah dan lama seperti Nabi Ayyub, dan Nabi kita shallallahu’alai wa sallam sering disakiti di Makkah dan di Madinah, namun beliau tetap sabar menghadapi hal itu. Intinya, gangguan semacam ini terjadi terhadap orang yang beriman dan bertaqwa sesuai dengan kadar iman dan taqwanya.
Wallahu a’lam
Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia