Merenungi Al-Qur’an (4)
Pagi ini kita lanjutkan renungan kita surat al Baqarah ayat 3, ”(yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan salat, dan menginfakkan sebagian rezekiyang Kami anugerahkan kepada mereka,”
Dalam ayat ini tertulis ,”menginfakkan sebagian rezekiyang Kami anugerakan kepada mereka.” Jadi rezekiitu sejatinya anugerah dari Allah. Allah memberi rezekikepada manusia dalam kehidupan ini.
Lihatlah bagaimana Allah memberi rezeki kepada manusia sejak dalam kandungan. Seorang bayi yang masih dalam kandungan mendapat rezeki lewat ‘usus placenta’ ibunya. Tubuh dicipta Allah begitu menakjubkan bisa memberi makan pada bayi dalam kandungan ibu. Begitu lahir, Allah beri air susu ibu untuk sang bayi. Ketika kecil dan remaja ibu bapak atau orang di sekitarnya yang memberi rezeki kepadanya. Hingga nanti dewasa ia diberi Allah kemampuan untuk mencari rezekisendiri.
Rezeki hakikatnya dari Allah. Karena otak, tangan dan kaki kita yang menciptakan Allah. rezeki yang di dapat di alam ini juga ciptaan Allah. Karena itu Al-Qur’an melarang orang bersikap sombong karena rezeki atau harta yang dimilikinya. Ia harus membagi sebagian rezeki itu kepada yang lain. Kisah Qarun yang sombong karena harta yang dimilikinya, diabadikan Al-Qur’an.
Al-Qur’an mengisahkan, “Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri (sombong)”.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
“Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.”
“Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”.
“Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar”.
“Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” (QS al Qashash 76-81)
Di surat al Qashash ini dikisahkan dengan indahnya bagaimana orang yang membangga-banggakan hartanya (rizki), akhirnya ditenggelamkan Allah. Sehingga di tanah air kita mengenal kita mengenal istilah harta karun.
Di surat ini juga kita diingatkan Al-Qur’an bahwa punya ilmu lebih berharga daripada punya harta. Orang-orang awam kebanyakan lebih suka punya harta melimpah daripada ilmu yang melimpah. Mereka kagum dan kadang mau menjadi ‘budak’ bagi para pemilik harta.