NUIM HIDAYAT

Merenungi Al-Qur’an (4)

Kisah yang menarik ketika Sayidina Ali didatangi tokoh-tokoh Yahudi. Mereka ingin mengetes kepintaran Sayidina Ali yang disebut Rasuluullah sebagai pintunya ilmu (babul ilmi). Mana yang lebih utama harta atau ilmu, tanya mereka. Sayidina Ali menjawab, lebih mulia ilmu karena ilmu diberikan bertambah, harta diberikan berkurang. Mereka tidak puas bertanya lagi, mana yang lebih baik ilmu atau harta. Jawab Sayidina Ali, lebih mulia ilmu. Ilmu menjagamu, harta kamu harus menjaganya. Lebih mulia ilmu. Ilmu warisan para Nabi, ‘harta warisan Qarun dan teman-temannya.’ Lebih mulia ilmu, karena ilmu itu cahaya, harta sering menjadi kegelapan. Harta di tangan orang berilmu manfaat, harta di tangan orang bodoh mudharat.


Dorongan sedekah atau infak seperti yang disebutkan dalam awal-awal surat al Baqarah ini juga strategi yang ampuh dalam mengatasi kemiskinan di masyarakat atau negara (dunia). Inilah beda strategi mengatasi kemiskinan antara peradaban sekuler dan peradaban Islam. Strategi sekuler mengandalkan pajak dan riba. Strategi Islam mengandalkan sedekah, zakat dan wakaf.

Pajak dan riba adalah pemaksaan. Sedekah, zakat dan wakaf adalah ketulusan. Lihatlah di tanah air dan negara-negara Barat mereka ‘terus menerus menaikkan pajaknya’ yang menimbulkan penderitaan orang-orang miskin. Pajak menyebabkan terjadinya penipuan. Banyak perusahaan di tanah air, yang mengakali pembayaran pajak. Harusnya mereka membayar satu miliar, dengan ‘akutansi yang direkayasa’ maka mereka hanya membayar 200 juta. Para pengusaha dan masyarakat mengeluh adanya berbagai pajak yang dibebankan kepada mereka.

Riba atau bunga bank juga menyebabkan yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Orang kaya ongkang-ongkang kaki mendepositokan uangnya satu triliun, tiap bulan bisa menikmati miliaran. Orang miskin susah pinjam bank, karena harus ada agunan dan mesti membayar bunga tambahan.

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (al Baqarah 275)

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (al Baqarah 276)

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (Al Baqarah 278-279)

Pajak dan riba juga menimbulkan budaya pelit di masyarakat. Inilah keburukan sifat sistem kapitalisme. Mereka mengasosiasikan masyarakat seperti dunia hewan. Yang kuat (modalnya) yang menang. Budaya pelit melahirkan budaya egois. Yang penting usahaku sukses, kamu nggak sukses salah kamu sendiri. Lihatlah keegoisan Alfamart dan Indomaret di tanah air. Di desa-desa bahkan di pegunungan didirikan Alfamart dan Indomaret, sehingga ‘ekonomi pribumi’ mati atau tidak berkembang.

Sedekah, zakat dan wakaf menimbulkan budaya dermawan. Budaya dermawan melahirkan budaya kasih sayang. Budaya saling mengasihi satu dengan yang lainnya.

Banyak ayat Al-Qur’an dan Hadits yang menunjukkan keutamaan sedekah. Rasulullah bersabda, “Hendaknya setiap muslim bersedekah.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasul, bagaimana orang-orang yang tidak memiliki sesuatu bisa bersedekah?” Rasulullah Saw menjawab, “Hendaklah ia berusaha dengan tenaganya hingga ia memperoleh keuntungan bagi dirinya, lalu ia bersedekah (dengannya).” Mereka bertanya lagi, “Jika ia tidak memperoleh sesuatu?” Jawab Rasulullah Saw, “Hendaklah ia menolong orang yang terdesak oleh kebutuhan dan yang mengharapkan bantuannya.” Mereka bertanya lagi, “Dan jika hal itu tidak juga dapat dilaksanakan?” Rasulullah Saw bersabda, “Hendaklah ia melakukan kebaikan dan menahan diri dari kejahatan, karena hal itu merupakan sedekahnya.” (HR Ahmad bin Hanbal)

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button