Merenungi Al-Qur’an (5)
Sayid Qutb menyatakan: “Walid adalah ‘utull’ yang merupakan kata yang mengungkapkan sejumlah sifat dan sejumlah predikat yang tidak dapat diungkapkan oleh sekumpulan kata-kata dan sifat. Abu Darda’ berkata: ”Al ‘utull’ berarti setiap orang yang perutnya rakus, akhlaknya kaku, tukang makan, tukang minum, tukang mengumpulkan harta dan sangat kikir.” (HR Bukhari dan Muslim).
Walid juga adalah ‘az zaniim’ yaitu orang-orang yang bergabung dengan suatu kaum, sedang dia tidak memiliki ikatan keturunan dengan mereka atau ikatan dengan mereka sebatas dugaan. Makna lain dari az zaniim adalah orang yang terkenal dan popular di kalangan masyarakat karena ketercelaannya, keburukannya dan kejahatannya yang banyak.”
Bagaimana dengan iman kepada kitab-kitab sebelum Al-Qur’an? Kaum Muslim wajib juga mengimaninya. Misalnya Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa as, Taurat yang diturunkann kepada Nabi Musa dan Zabur yang kepada Nabi Daud as. Yang menjadi masalah adalah kitab-kita suci selain Al-Qur’an itu kini tidak ada dokumentasinya. Kitab Injil dan Taurat misalnya, Sudah banyak diubah oleh para ahli mereka sendiri. Ulama besar Buya Hamka menyatakan,”Dan ternyata pula bahwa kitab Taurat yang suci itu sudah banyak berubah, baik diubah dengan sengaja maupun karena telah hilang naskahnya yang asli. Memang sudah sangat lama Taurat yang asli itu tidak ada lagi.”
Untuk Injil, teolog Kristen menyatakan bahwa ayat-ayat yang diyakini datang dari Yesus (Nabi Isa) kurang dari 20 persen. Banyak ayat dalam Injil yang berubah, misalnya dulu diharamkan babi, kini dalam kitab mereka yang diharamkan babi hutan. Dulu digunakan kata Tuhan, kini digunakan kata Allah (meniru Al-Qur’an ). Selain itu ada keanehan di Bibel, yaitu beberapa Nabi dikisahkan berzina. Nabi Luth dan Nabi Daud dikatakan berzina. Dalam Al-Qur’an semua Nabi/Rasul adalah ma’shum (orang saleh) , terhindar dari dosa-dosa besar.
Al-Qur’an menyatakan dengan jelas ulah kaum kafir menyelewengkan kitab sucinya. Allah SWT berfirman,
“Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: “Kami mendengar”, tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula): “Dengarlah” sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan): “Raa’ina”, dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: “Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami”, tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis.” (an Nisa’ 46)
“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik,” (al Maidah 13)
“Hari Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: “Kami telah beriman”, padahal hati mereka belum beriman. Dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka mengubah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan,”Jika diberikan ini (yang sudah diubah-ubah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini maka hati-hatilah”. Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka mendapatkan kehinaan di dunia dan di akhirat mereka mendapat siksaan yang besar.” (al Maidah 41)
“Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?” (al Baqarah 75)
Zabur yang lebih dulu diturunkan, lebih sulit lagi pelacakannya. Maka Nabi berpesan agar kaum Muslim berpegang teguh pada Al-Qur’an (dan Hadits), tidak pada yang lainnya. Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « وَقَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَة نَبِيهِ » [أخرجه مسلم والحاكم]
“Sungguh telah aku tinggalkan pada kalian sesuatu yang tidak akan menjadikan kalian tersesat yaitu kalian berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi“. (HR Muslim nomer 1218).