Mukjizat Al-Qur’an
Bangsa yang meletakkan kepemimpinan karena faktor keluarga, perkawanan, kekayaan dan semacamnya, tidak akan menjadi bangsa yang hebat. Bangsa yang hebat meletakkan kepemimpinan (presiden, gubernur, bupati, DPR dll), pada yang berhak (terbaik).
Al-Qur’an adalah mukjizat. Ketika bangsa Arab di masa Rasulullah dan sahabat meletakkan Al-Qur’an sebagai komandan, mereka menjadi bangsa yang terbaik. Mengalahkan negara adidaya saat itu, Romawi dan Persia. Ketika bangsa Arab meninggalkan Al-Qur’an, maka bangsa Arab menjadi terpuruk. Lihatlah wajah dunia Arab saat ini. Penuh peperangan dan tidak memberikan keteladanan (beradab/berakhlak mulia). Para pemimpin-pemimpin Arab telah meninggalkan Al-Qur’an. Mereka membebek pemimpin-pemimpin non Islam, seperti Amerika, Rusia dan lain-lain.
Pakar Sosiologi Islam, Ali Syariati, menyatakan bahwa bahasa Al-Qur’an adalah bahasa tertinggi manusia. Yaitu bahasa simbol. Al-Qur’an penuh dengan simbol-simbol. Misalnya tentang Firaun. Firaun yang disebut Al-Qur’an adalah fakta bahwa di masa dahulu ada Raja Firaun yang sadis membunuhi semua bayi laki-laki, karena takut suatu saat ada laki-laki dewasa tumbuh yang dapat menggoyang kekuasaannya. Tapi Firaun di sini juga bermakna simbol. Yaitu tiap penguasa mempunyai potensi dirinya menjadi Firaun. Firaun kecil atau Firaun besar. Ia tidak akan menjadi Firaun, bila penguasa itu bersikap adil.
Al-Qur’an menyatakan,”Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut. Mereka pun diikuti oleh Fir’aun dan tentaranya, karena mereka hendak menganiaya dan menindas (Bani Israil). Ketika Fir’aun telah hampir tenggelam, ia berkata: saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang disembah oleh Bani Israil dan saya termasuk orang yang berserah diri (kepada-Nya). (Allah menyambut ucapan Fir’aun ini dengan berfirman) Apakah kamu (baru kamu percaya) padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Hari ini Kami selamatkan badanmu, supaya kamu menjadi pelajaran bagi (generasi) yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (Yunus 90-92).
Ya jasad Fir’aun -yang kini masih tersimpan di Mesir- dijadikan Allah sebagai tanda agar kaum Muslim atau umat manusia tidak menjadi Firaun ketika menjadi penguasa.
Kita bisa menilai apakah penguasa-penguasa yang kini memegang kekuasaan di negeri-negeri Islam mempunyai jiwa Firaun atau tidak
Begitu pula misalnya ketika Al-Qur’an berbicara tentang Qarun. Orang kaya raya yang pelit dan hidupnya untuk memuja harta benda. Al-Qur’an menyatakan, “Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku zalim terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah engkau terlalu bangga. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri.” Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. Dia (Karun) berkata, “Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku.” Tidakkah dia tahu, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan orang-orang yang berdosa itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka.” (Al Qashash 76-78).
Qarun adalah kaum Nabi Musa adalah sebuah fakta sejarah. Tapi Qarun juga sebuah simbol bagi siapapun yang bergelimang harta, pelit dan mendurhakai Allah dan RasulNya maka ia pantas disebut Qarun. Ada Qarun besar dan Qarun kecil. Hikmah tentang kisah Qarun yang ditenggelamkan Allah di muka bumi ini, agar dalam masalah kekayaan kita hati-hati. Jangan terjerumus dalam harta yang haram, jangan pelit, dan jangan merasa harta yang kita punyai adalah hasil usaha kita sendiri tanpa usaha anak buah.
Maka di hari-hari akhir Ramadhan ini, marilah kita renungkan benar-benar makna Al-Qur’an. Janganlah kita bangga sudah selesai atau khatam Al-Qur’an (meskipun mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan mulia ini adalah hal yang bagus). Tapi bergeraklah kini kepada makna Al-Qur’an.
Bacalah terjemah atau tafsir Al-Qur’an. Bergeraklah bagaimana agar Al-Qur’an ini bisa mewarnai individu, keluarga, masyarakat, bangsa dan dunia. Karena itulah sebenarnya misi Al-Qur’an diturunkan. Untuk menyejahterakan atau membahagiakan manusia dimana pun berada.
Allah SWT berfirman, “Dan Kami turunkan dari al-Qur`an suatu yang menjadi obat (solusi) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur`an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Al-Isra`: 82). Wallahu alimun hakim. Wallahu azizun hakim. []
Nuim Hidayat, Penulis Buku Agar Umat Islam Meraih Kemuliaan.