NUIM HIDAYAT

Mungkinkah NU dan Masyumi Bersatu Kembali?

Maka bila kita baca biografi Natsir, Wahid Hasyim dan lain-lainnya, maka kita jadi bertanya kenapa tokoh-tokoh Islam dulu bersatu, tapi kenapa sekarang tidak?

Kalau kita cermati, ‘kenapa dulu bisa bersatu sekarang tidak’, maka ada beberapa hal yang harus kita renungkan.

Pertama, keikhlasan dalam memperjuangkan Islam. Dalam memperjuangkan Islam harus dilandasi dengan niat yang ikhlas. Karena risalah suci ini tidak akan tegak oleh orang-orang yang kotor jiwanya. Mereka yang hanya menginginkan jabatan, menumpuk harta, suka dengan popularitas dan lain-lain. Orang yang kotor jiwanya tidak akan menjayakan Islam, malahan dia akan menghinakan Islam. Seorang tokoh Islam yang ikhlas berjuang, akan bertemu dengan tokoh lain yang ikhlas pula. Meski berbeda organisasi.

Kedua, hindari ego pribadi untuk kuasa. Dalam perjuangan Islam, seringkali nafsu untuk menjadi nomor satu menyebabkan konflik. Dari masing-masing organisasi misalnya, ingin jadi ketua. Padahal jabatan untuk ketua satu orang. Jadi dalam perjuangan, seorang muslim harus mengerem ambisi pribadi untuk kepentingan bersama. Anda tidak harus menjadi ketua formal, anda bisa menjadi ketua informal.

Ketiga, harus mempunyai tujuan bersama dan musuh bersama. Musuh Islam, seperti liberalisme, pluralisme agama, sekulerisme, kaum Islamofobia harus menjadi musuh bersama. Ketika ide-ide yang jelas memusuhi Islam itu, tidak menjadi patokan bersama, maka sulit untuk tercapainya ukhuwah. Karena yang satu akan menyebarkan ide itu, yang lain mencegahnya.

Keempat, sering bersilaturahmi. Sebagai seorang muslim, meski berbeda organisasi harus sering bersilaturahmi atau ketemu. Baik lewat dunia nyata mapun maya. Dengan pertemuan ini, maka masing-masing akan saling menyadari dan mengetahui kelebihan dan kelemahan saudaranya yang muslim itu.

Kelima, waspada terhadap kaum Islamofobia yang tidak menginginkan kaum muslim bersatu. Kaum Islamofobia ini tidak ingin kaum Muslim yang merupakan mayoritas di negeri punya peran penting dalam politik, pendidikan, ekonomi, budaya dan lain-lain. Mereka bersorak sorai ketika satu muslim dengan muslim yang lain saling menjatuhkan atau saling bunuh. Program mereka antara lain: tidak ada minoritas dan mayoritas di negeri ini, semua agama sama, jangan radikal/fanatik kalau beragama dan lain-lain. Bila kaum Muslim tidak waspada terhadap kaum Islamofobia ini, maka ia bisa secara tidak sadar bersekutu dengannya.

Walhasil, itulah beberapa tips agar ukhuwah bisa dijalin antar sesama muslim. Al-Qur’an menegaskan ‘innamal mu’minuuna ikhwatun’. Sesungguhnya sesama mukmin itu bersaudara. Menurut Buya Natsir, di situ lafadznya mukminun yang bersaudara, bukan muslimun. Maknanya tingkatkan keislaman kita dari muslim menjadi mukmin agar kita punya jiwa ukhuwah. Orang Islam bisa berpecah, tapi orang mukmin pasti bersatu. Orang yang senang dengan perpecahan, berarti ia muslim belum mukmin. Alias muslim KTP meski ia mungkin dijuluki kiai, profesor, doktor, memegang ketua ormas Islam dan lain-lain.

Lihatlah bagaimana Rasulullah mempersatukan suku-suku di Arab saat itu. Mendidik jiwa-jiwa ukhuwah para sahabat. Sehingga mereka semua bergembira ketika Rasulullah membentuk Madinah Munawwarah, negara yang diterangi oleh ilmu dan keimanan. Wallahu azizun hakim. []

Nuim Hidayat, Ketua Dewan Dakwah Depok (2012-2021), Anggota MIUMI dan MUI Depok.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button