SUARA PEMBACA

Nabi Saw Inspirator Kemerdekaan RI

Lagi, Sukmawati Soekarnoputri melakukan pelecehan terhadap agama Islam. Kali ini dia membandingkan peran Nabi Muhammad Saw dengan Ir Sukarno di abad ke-20. Sontak apa yang dilakukan Sukmawati ini membuat umat Islam marah hingga akhirnya Sukmawati dilaporkan atas perbuatannya tersebut. (Tempo.co, 18/11/19)

Sejarah Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran para ulama. Nama Jayakarta diangkat dari Al-Quran Surah 48:1, “Inna Fatahna laka Fathan Mubina.” Makna Fathan Mubina adalah Kemenangan Paripurna atau Jayakarta. Dan hari ini dikenal dengan sebutan Jakarta.

Nama Jakarta melambangkan rasa syukur kepada Allah atas kemenangan dalam menggagalkan usaha penjajahan Kerajaan Katolik Portugis di Pelabuhan Kelapa atau Sunda Kelapa. Ternyata, nama Jayakarta sebagai karya salah seorang wali dari Walisongo, bersumberkan Al-Quran dan terjadi bertepatan pada Ramadhan.

Nama Fathan Mubina atau Jayakarta sebagai jawaban ulama dan santri melawan Paus Alexander VI dalam Perjanjian Tordesilas, 1494 M, yang memberikan kewenangan Kerajaan Katolik Spanyol dan Portugis untuk memelopori penegakkan imperialisme atau penjajahan Barat di dunia.

Dari fakta sejarah ini, ternyata ulama dan Walisongo sebagai peletak dasar nama Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nama Fathan Mubina atau Jayakarta, setelah proklamasi 17 Agustus 1945, Jumaat Legi, 9 Ramadhan 1364, Puluhan Pertama Ramadhan, Puluhan Rahmat, sebagai lambang runtuhnya kekuasaan penjajahan Barat: Kerajaan Katolik Portugis, Kerajaan Protestan Belanda, dan sekaligus penjajahan Timur, Kekaisaran Shinto Jepang di bumi Nusantara Indonesia. Jelas hal ini sebagai fakta bahwa kebenaran agama Islam dimenangkan oleh Allah di atas seluruh agama non-Islam (QS al-Fath [48]: 28).

Perjuangan dakwah wirausahawan dan ulama diawali dari pasar, dengan masjid dan pesantrennya. Tidak hanya melahirkan mayoritas bangsa Indonesia memeluk Islam sebagai agamanya. Melainkan juga membangkitkan kesadaran politik umat, membangun sekitar 40 kekuasaan politik Islam atau kesultanan.

Kelanjutannya tidaklah heran jika pengaruh perjuangan ulama melahirkan Proklamasi, 17 Agustus 1945, Jumat Legi, 9 Ramadhan 1364. Sebelum Proklamator Ir Sukarno membacakan teks proklamasi, ia meminta restu dari beberapa ulama terkemuka di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Betapa besarnya peran kepemimpinan ulama dan santri dalam perjuangan menegakkan kedaulatan bangsa dan Negara dalam menjawab serangan imperialis Barat dan Timur. Diikuti pula dengan perjuangan ulama dan santri mempertahankannya serta membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, tepatlah kesimpulan E.F.E. Dowes Dekker Danodirjo Setiabudi dari Indische Partij: “Jika tidak karena sikap dan semangat perjuangan para Ulama, sudah lama patriotisme di kalangan bangsa kita mengalami kemusnahan.”

Bisa dikatakan bahwa tidak mungkin Indonesia merdeka tanpa ada perlawanan terhadap penjajah. Dan tidak mungkin ada semangat perlawanan terhadap penjajah jika tidak ada dorongan jihad. Ajaran jihad adalah risalah Islam, risalah Islam tersebar ke seluruh dunia berkat Rasulullah Saw.

Tidak heran Bung Tomo berteriak Allahu Akbar dalam melawan penjajah di Surabaya. Sebab dirinya tahu tidak ada semangat patriotisme yang mampu melawan penjajah kecuali atas perlindungan dan kekuatan dari Allah. Aktivitas jihad dilakukan karena jihad telah difatwakan oleh Hadratus Syeikh KH Hasyim Asy’ari.

Dari sini kita ketahui bahwa Rasulullah Muhammad Saw telah menginspirasi kaum Muslim di seluruh dunia termasuk di negeri ini untuk berjuang melawan ketidakadilan dan penjajahan. Wallahu a’lam bishshawaab.

Detty Arianti Shareh, SE

Artikel Terkait

Back to top button