OPINI

Narasi Makar, Senjata Ampuh Bungkam Pengritik?

Makar. Kata yang ditakuti rakyat hari ini. Berawal dari rungu penguasa yang seolah tuli, sebab arogansi tahta kekuasaan. Hingga kritik pun ditakuti. Sebab akan jadi penghancur bagi eksistensi rezim curang nan dusta. Maka rakyat yang vokal bersuara akhirnya dibidik dengan narasi makar yang menyakiti publik.

Sebagaimana ramai di linimasa, beberapa tokoh oposisi ditangkap atas dugaan makar. Sebutlah Eggi Sudjana dan Lieus Sungkharisma. Dikutip dari kompas.com, 31/5/2019, Eggi dilaporkan oleh Suriyanto, relawan Jokowi-Ma’ruf Center (Pro Jomac). Kasus yang menjerat Eggi Sudjana berawal dari tersebarnya sebuah video yang menampilkannya mengajak orang melakukan people power. Video itu diambil di Jalan Kertanegara tanggal 17 April. Caleg dari Partai Amanat Nasional (PAN) ini pun ditetapkan sebagai tersangka dugaan makar setelah penyidik memiliki bukti permulaan yang didapatkan dari pemeriksaan saksi-saksi hingga barang bukti.

Sementara Lieus Sungkharisma dilaporkan seorang wiraswasta bernama Eman Soleman atas dugaan penyebaran hoaks dan makar. Penetapan ia sebagai tersangka dilakukan setelah polisi melakukan gelar perkara kasus yang menjeratnya. Polisi menangkap Lieus di apartemennya di kawasan Hayam Wuruk, Jakarta Barat, pada Senin (20/5/2019) pagi. Penyidik menetapkan Lieus sebagai tersangka penyebaran berita bohong dan makar.

Tiga jenderal dari pendukung oposisi pun menjadi sasaran narasi makar ala rezim nakal. Sebutlah Mayjen TNI (Purn) Soenarko, Kivlan Zen dan Sofyan Jacob. Detik.com, 11/6/2019, menulis Eks Danjen Kopassus tersebut ditetapkan tersangka atas kasus dugaan kasus penyelundupan senjata. Soenarko sebelumnya dilaporkan ke Bareskrim Polri oleh seseorang bernama Humisar Sahala. Laporan ini dilatarbelakangi beredarnya pernyataan-pernyataan Soenarko yang dinilai memprovokasi dan mengadu domba.

Usai Soenarko, muncul nama Kivlan Zen yang juga tersandung kasus makar. Eks Kepala Staf Kostrad tersebut ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan penyebaran berita bohong (hoaks) dan makar oleh polisi. Ia dilaporkan ke polisi atas dugaan penyebaran hoax dan dugaan makar oleh Jalaludin. Selanjutnya muncul nama Mantan Kapolda Metro Jaya Irjen (Purn) Sofyan Jacob. Ia ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan makar. Ia diduga menyebarkan seruan makar melalui sebuah video.

Narasi makar ini pun seolah mengingatkan publik pada penangkapan sejumlah tokoh menjelang ABI 212 Desember 2016. Sebanyak 11 tokoh ditangkap atas dugaan terlibat upaya makar dan pelanggaran UU ITE. Sebelas tokoh tersebut adalah musikus Ahmad Dhani, Kivlan Zein, Adityawarman, Ratna Sarumpaet, Firza Husein, Eko, Alvin, Rachmawati Soekarnoputri, Sri Bintang Pamungkas, Jamran, dan Rizal Kobar. Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar pada saat itu menyatakan, mereka ditangkap karena punya tujuan menguasai gedung DPR. (liputan6.com, 5/12/2016). Kini skenario yang sama tengah dimainkan.

Menetapkan para tokoh sebagai tersangka makar sejatinya terlalu prematur. Mengingat rekam jejak para tokoh, khususnya ketiga jendral terhadap negeri ini. Menanggapi kasus tersebut, Fadli Zon dalam tayangan YouTube tvOne, Rabu, 12/6/2019 menyebutkan pemberitaan ketiga jendral yang terlibat dugaan kasus makar merupakan framing. Ia juga menambahkan para purnawirawan tersebut memiliki jejak sejarah, jejak perjuangan yang jelas di masa lalu. Sehingga tidak mungkin melakukan makar.

Fadli juga menjelaskan apabila ada sejumlah tokoh masyarakat sendiri melakukan protes kepada lembaga atau instansi juga tak bisa dituduhkan makar. Masih menurut Fadli makar adalah tindakan yang menggunakan kekuatan dan senjata. (tribunnews.com, 13/6/2019).

Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo pun angkat bicara. Dalam wawancara di tvOne, Selasa malam, 11/6/2019, ia menjelaskan bagi masyarakat awam tuduhan makar mungkin dianggap biasa. Namun, bagi para purnawirawan TNI yang sudah mengabdikan jiwa raganya untuk bangsa dan negara, tuduhan makar itu sangat menyakitkan. Gatot juga mengatakan purnawirawan yang dituduh makar itu adalah senior-senior yang dia tahu persis bagaimana dedikasi mereka yang disumbangkan untuk negara. (tribunnews.com, 12/6/2019).

Sungguh narasi makar menjadi senjata ampuh bagi penguasa untuk membungkam suara kritis. Alih-alih menjadi pendengar yang baik demi kemajuan negeri. Sebaliknya penguasa menjadi panik sebab ketakutan kekuasaan mereka terusik. Padahal rakyat sudah gerah dengan berbagai ketidakadilan dan kecurangan pasca kontestasi politik.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button