OPINI

Narasi Makar, Senjata Ampuh Bungkam Pengritik?

Framing makar terhadap para tokoh yang kritis, seolah menjadi agenda rutin penguasa. Kala panik menghadapi berbagai tuntutan rakyat. Sebab tidak ingin ambil pusing dengan berbagai kritikan yang menjadi penghalang tahta. Padahal sejatinya mereka hanya menuntut tegaknya keadilan dan hilangnya kezaliman atas negeri ini.

Berulangnya narasi makar menjadikan publik semakin cerdas. Bahwa para tokoh tersebut hanyalah korban dari ketamakan penguasa. Mereka seolah menjadi batu sandungan yang harus disingkirkan. Di satu sisi, publik tahu benar bagaimana sepak terjang para tokoh tersebut. Mereka adalah para tokoh yang vokal dalam membela rakyat di jalan kebenaran. Mereka juga gencar membuka kebobrokan penguasa. Sayangnya mereka harus menjadi tumbal bagi syahwat kekuasaan.

Jika penguasa menggunakan narasi makar untuk membungkam kritik. Maka menarik menyimak definisi makar yang disampaikan oleh Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo ditvOne. Menurut Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo, makar itu adalah tindakan yang bisa menyebabkan sebagian wilayah Indonesia hilang ke tangan musuh. Pemerintah tak bisa melaksanakan tugasnya sesuai undang-undang itu juga dikatakan makar.

Dari kedua definisi makar yang disampaikan Sang Jenderal. Melihat kondisi hari ini maka sejatinya kata makar tepat disematkan kepada penguasa. Sebab penguasa telah mengkhianati amanat rakyat yang tertuang dalam konstitusi. Hak berbicara dibungkam lewat kriminalisasi dan narasi makar. SDA dijual habis-habisan ke asing dan aseng. Sementara OBOR menjadi ancaman penjajahan atas negeri ini. Jadi jelas siapa yang pantas disebut makar? Wallahu’alam.

Ummu Naflah
Penulis Peduli Negeri

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button