NUIM HIDAYAT

Nasihat Cerdas Hamka untuk Keluarga dan Anak-Anak

Abdul Hadi melanjutkan,”Menurut cerita ibu, ayah memiliki semangat juang dan kekuatan untuk maju. Ini yang membuat Nambo yakin kepada ayah, serta memilih ayah untuk menjadi imam bagi anak perempuannya dan kelak keluarga yang mereka bina bersama. Seringkali Nambo berbicara kepada kami, ”Lihatlah ayah kalian. Dia begitu rajin bekerja dan semangat belajarnya pun sangat besar. Insyaallah dia akan menjadi kepala keluarga yang bertanggungjawab dan menjadi imam yang baik bagi keluarga kalian. Nambo juga sering memberikan motivasi dan semangat kepada kedua orang tuaku. Dari pembicaraan yang kudengar ketika Nambo berbicara kepada Ibu, Nambo mengatakan, ”Teruslah berdoa, berusaha, bekerja dan memperbaiki nasib. Suatu saat segala kesusahan yang kalian rasakan, semua itu akan berbuah manis dan kelak kalian akan tertawa jika mengenangnya, serta sesekali kalian akan rindu untuk kembali ke masa yang telah kalian lalui dahulu. Ketahuilah ayah pun pernah mengalami semua yang pernah kalian alami saat ini.”

Suatu saat menasihati keluarganya, ”Anak adalah anugerah Allah SWT sekaligus amanah yang diberikan. Jadi haruslah kita jaga, didik dan rawat dengan sebaik-baiknya. Berikanlah contoh tentang hal-hal yang baik. Ajarkanlah agar selalu takut kepada Allah. Tanamkanlah nilai-nilai agama sejak kecil. Anak juga adalah ujian bagi orang tuanya. Oleh karena itu besarkanlah dengan kasih sayang, serta dalam keluarga yang rukun. Insyaallah mereka akan menjadi anak saleh.”

Nambo pernah menasihati Abdul Hadi ketika kecil tentang sikap syukur yang harus dipegang, baik Allah berikan kekayaan maupun kesusahan. ”Coba bayangkan, ada seorang kaya raya, semua serba berkecukupan, tetapi dia tidak bahagia. Anak-anaknya tidak patuh, ayah ibunya bertengkar, hingga dia merasakan kekayaan itu tidaklah membawa kebahagiaan baginya. Pada satu sisi, ada tetangganya yang hidup berkekurangan, tetapi ayah ibunya rukun, anak-anaknya taat beriman, serta sukses studinya dan membanggakan orang tuanya. Keluarga mereka adalah keluarga yang hangat hingga semua kesusahan itu seakan-akan tidak pernah mereka rasakan. Mereka selalu bahagia. Oleh karena itu hendaklah kita bermohon kepada Allah agar kehidupan yang sesuai dengan apa yang terbaik bagi kita menurut Allah. Jadi belum tentu hidup susah atau miskin itu adalah sesuatu yang sial atau sebuah petaka. Sebaliknya belum tentu juga hidup dengan kemudahan dan kemewahan itu adalah suatu keberuntungan.”

Nambo tidak pernah memarahi anak-anak kecil. Suatu saat, Abdul Hadi kecil secara diam-diam menggunakan pisau cukur yang sering digunakan Hamka untuk merapikan jenggot atau wajahnya. Karena tidak tahu penggunaannya, wajah Hadi berdarah karena pisau cukur itu. Ia takut bukan main dan khawatir ibunya atau Nambo marah. Ketika Nambo melihat peristiwa itu, Nambo sama sekali tidak memarahinya bahkan mengatakan bahwa Hadi adalah anak yang pintar dan suka meniru orang dewasa (anak kecil punya kebiasaan meniru).

Nambo juga mengajari cucu-cucunya banyak hal. Misalnya tentang cara memisahkan perangko dari amplop. Menjelaskan arti perangko dan bagaimana perangko dibuat untuk membuat komunikasi manusia lancar dengan berbagai daerah atau negara.

Nambo menasihati anak dan cucunya agar membiasakan untuk mengaji sehabis shalat Maghrib. Selain itu ia juga mengajarkan mereka doa-doa pendek yang digunakan sehari-hari, seperti doa makan, doa tidur, doa perjalanan dan doa untuk orang tua. Sebelum makan, seringkali Nambo meminta cucunya untuk membacakan doa sebelum makan.

Suatu saat Hadi kecil bertanya kepada Hamka, ”Nambo, kenapa yang kita pelajari kebanyakan memakai bahasa Arab? Apakah jika kita shalat atau berdoa, bisa menggunakan bahasa Indonesia saja?” Nambo menjawab, ”Kita adalah pengikut Nabi Muhammad, nabi akhir zaman. Kita wajib mengikuti apa yang telah diajarkan dan dicontohkan oleh Nabi kita baik tentang cara ibadah shalat, cara berpuasa, maupun cara beribadah lainnya. Ini yang kita sebut syariat. Dalam shalat, Nabi mencontohkan menggunakan bahasa Arab. Oleh karena itu, kita otomatis harus mengikuti apa yang diajarkan Nabi dengan sepenuhnya, termasuk menggunakan bahasa Arab. Walaupun demikian, kita juga harus mengerti arti dari apa yang kita ucapkan dalam bahasa kita sendiri. Hal itu adalah sebagai bentuk menjaga kemurnian dan identitas agama kita sehingga kemanapun kita pergi, kita akan menjumpai orang shalat dan bacaan shalat yang sama. Itu juga mencerminkan persatuan diantara umat Islam. Siapa tahu kelak kalian akan menjadi orang yang memiliki kemampuan untuk menjelajahi bumi ini.”

Walhasil, banyak yang menarik dari nasihat-nasihat Hamka untuk keluarga dan kisah-kisahnya yang menawan dalam buku ini. Sayang bila pembawa lewatkan begitu saja. Bagi yang berminat bisa menghubungi 087881942666 atau langsung ke penerbit Gema Insani. []

Nuim Hidayat, Anggota DDII, MIUMI dan MUI Depok.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button