Nasihat Tersirat Anwar Ibrahim kepada Indonesia
- Para pemimpin jangan leka dengan zona nyaman.
Ini karena setiap zaman pasti akan ada golongan anak bangsa yang pptimis dan peduli terhadap masa depan bangsa dan negaranya. Dalam keadaan pemerintah seburuk manapun, pasti ada golongan anak bangsa yang bergerak berfikir dan berbuat melakukan perbaikan terhadap negara karena menurut Hadis Umat Nabi Muhammad tidak akan bersatu dalam kesesatan.
- Pondasi dari perubahan setiap negara adalah political will kemauan politik pemimpin.
Slogan dalam oral politik beserta simbol-simbol tidak begitu penting karena seringkali berlaku cakap tak serupa bikin dari pemimpin. Apa yang penting adalah mewujudkan politik yang bermoral menang pemilu secara jujur, beretika, amanah, adil dalam menjalankan tugas, membanteras korupsi dan tidak perlu terlalu terlena dengan slogan tanpa amal.
Ini seperti slogan amanah penderitaan rakyat yang tidak diikuti oleh contoh teladan dari pimpinan sebagai kritik Hamka terhadap pemimpin negara Ketika itu.
- Anwar menunjukkan sendiri konsep pemimpin melaului tauladan.
Yaitu pemimpin yang berakhlak, bermoral, beretika. Selama jadi PM belum pernah isteri dan anak-anaknya berkunjung ke kantor Perdana Menteri walaupun isterinya seorang anggota DPR Malaysia.
Seperti Khalifah Umar Abdul Aziz yang mematikan lampu istana ketika anaknya datang membicarakan urusan keluarga dimana minyak lampu tersebut dibayar dari uang negara bukan uang Khalifah. Hasilnya nanti bahwa pesta anak Presiden bukanlah pesta Presiden, Partai pemerintah bukanlah pemerintah.
- Mayoritas rakyat masih sangat menderita.
Penderitaan Anwar Ibrahim yang keluar masuk penjara selama 10 tahun di bawah sistem pemerintahan otokrasi belum seberapa jika dibandingkan dengan penderitaan rakyat yang susah masuk Universitas, memiliki kehidupan, pangan, sandang, papan yang belum layak selama ini.
Untuk itu Anwar tidak mau menerima gaji sewaktu jadi penasihat ekonomi Selangor dan juga saat ini sebagai PM dan Menteri Keuangan.