MUHASABAH

Negeri ‘Pandemi’ Korupsi

Di tengah penderitaan rakyat yang merajalela, semakin santer pula berita korupsi berseliweran di media massa. Mayoritas pelakunya adalah pemilik kewenangan dan kekuasaan negara. Baik anggota dewan terhormat, pejabat negara dan daerah dan sebagainya.

Patut dipertanyakan, sebenarnya apa tujuan mereka sebenarnya dalam menjabat? Haruskah para pejabat menggunakan jabatannya ‘mengambil’ uang rakyat untuk kepentingan pribadi?

Saat ini, negeri darurat korupsi. Utang Indonesia bertambah berlipat-lipat di setiap tahunnya. Para pemegang jabatan bukannya sibuk mencari solusi mengurangi utang, mensejahterakan rakyat, membangun negara, memperbaiki lini-lini yang masih harus dibenahi. Tapi nyatanya, memperkaya diri sendiri, pamer barang mewah di sosial media. Tanpa ada ketakutan akan hukuman Allah SWT timpakan kepadanya. Pun tak perduli dengan penderitaan rakyat yang menjadi tanggung jawabnya.

Padahal Allah SWT telah mengharamkan tindakan korupsi (ghulul) dalam firmanNya:

وَمَا كَانَ لِنَبِيٍّ اَنْ يَّغُلَّ ۗوَمَنْ يَّغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۚ ثُمَّ تُوَفّٰى كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ

“Tidak mungkin seorang nabi berkhianat (dalam urusan harta rampasan perang). Barang siapa yang berkhianat (dalam urusan rampasan perang) maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu; kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.” (QS. Ali ‘Imran ayat 161).

“Dari Mu’az bin Jabal, ia berkata, ‘Rasulullah Saw mengutus saya ke Yaman. Ketika saya baru berangkat, beliau memerintahkan seseorang untuk memanggil saya kembali. Maka saya pun kembali dan beliau berkata, ‘Apakah engkau tahu aku mengirimmu orang untuk kembali? Janganlah kamu mengambil sesuatu tanpa izin saya, karena hal itu adalah ghulul (korupsi). Dan barangsiapa berlaku ghulul, maka ia akan membawa barang yang digelapkan atau dikorupsi itu pada hari kiamat. Untuk itulah aku memanggilmu. Sekarang berangkatlah untuk tugasmu.’” (HR At-Tirmidzi)

Di hadis lain, Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah berkata: “Suatu hari Rasulullah Saw berdiri ditengah-tengah kami. Beliau menyebut tentang ghulul, menganggapnya sebagai sesuatu yang sangat besar. Lalu beliau bersabda, “Sungguh aku akan mendapati seseorang di antara kalian pada hari kiamat datang dengan memikul unta yang melenguh-lenguh. “ Ia berkata, “Wahai Rasulullah tolonglah aku. “Maka aku menjawab, “Aku tidak memiliki sesuatupun dari Allah untuk itu. Sungguh aku telah menyampaikan semuanya kepadamu. Aku juga mendapati seseorang di antara kalian pada hari kiamat datang dengan memikul kambing yang mengembik-embik. “Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah tolonglah aku.’ Maka aku menjawab, ‘Aku tidak memiliki sesuatupun dari Allah untuk itu. Sungguh aku telah menyampaikan semuanya. Aku juga mendapati seseorang di antara lain pada hari kiamat datang dengan memikul binatang yang mengeluarakan suara-suara keras. Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah tolonglah aku.’ Maka aku menjawab, ‘Aku tidak memiliki sesuatupun dari Allah untuk itu. Sungguh aku telah menyampaikan semuanya kepadamu. Aku juga akan mendapati seseorang di antara kalian pada hari kiamat datang dengan memikul kain dan baju-baju yang berkibar-kibar.’ Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah tolonglah aku.’ Maka aku menjawab, ‘Aku tidak memiliki sesuatupun dari Allah untuk itu. Sungguh aku telah menyampaikan semuanya kepadamu. Aku mendapati seseorang di antara kalian pada hari kiamat datang dengan memikul barang-barang yang berharga.’ Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah tolonglah aku.’ Maka aku menjawab, ‘aku tidak memiliki sesuatu apapun dari Allah untuk itu. Sungguh aku telah menyampaikan semuanya kepadamu.’” (HR. Bukhari).

Harusnya para pejabat tersebut takut akan hukuman Allah SWT. Tidak hanya dosa korupsi tapi dosa atas jabatan mereka yang tidak amanah dalam mengurusi rakyat. Terkuak transaksi mencurigakan di Kementerian Keuangan sebesar Rp349 Triliun baru- baru ini lebih menggemparkan lagi dengan nilai yang begitu fantastis. Jika uang tersebut digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, dikelola dengan amanah untuk kemaslahatan umat, tentu umat akan sejahtera.

Sungguh di era kapitalisme ini, tidak ada lagi rasa malu dalam melakukan perbuatan yang diharamkan. Justru pejabat-pejabat tersebut membela diri dan meminta keringanan tanpa menyesali dan memikirkan perbuatan mereka tersebut telah menyengsarakan jutaan rakyat negeri ini.

Sekularisme benar-benar telah menjauhkan umat dari Islam. Akan kah kita terus mengagungkan sistem rusak ini? Mempertahankan kebobrokannya dan menolak penerapan syariah? Terlalu banyak kebobrokan terkuak karena jauhnya umat dari Islam. Kunci dari segala solusinya hanyalah penerapan Islam yang menyeluruh dalam kehidupan. Wallahu a’lam bishshawab.

Hebi, Muslimah Bangka Belitung.

Artikel Terkait

Back to top button