Otokritik untuk Pegiat Ekonomi Islam di Masa Pandemi
Lalu pilar kedua yaitu sektor Lembaga Keuangan Syariah juga hari ini belum terlihat nyata dan besar memberi manfaat bantuan pada umat yang sedang mulai terjangkit kelaparan. Padahal sektor ini terdiri dari Perbankan Syariah, IKNB Syariah, dan Pasar Modal Syariah.
Malah mirisnya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) saja sudah menyatakan tidak akan mampu banyak menanggung resiko ‘bangkrut’nya bank. Hanya bisa cukup menangani empat hingga lima bank yang mengalami kesulitan likuiditas dan bukan bank dengan katagori besar dan berdampak sistemik.
Sampai hari ini saya belum melihat berita bantuan langsung dari tiga bidang LKS skala besar tersebut kepada muslim dhuafa yang hampir mati kelaparan. Kecuali Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia yang DPS-nya adalah gurunda Ustaz Dr. Hendri Tanjung. Mungkin mayoritas LKS itu merasa bukan menjadi tanggungjawabnya langsung. Padahal nasabahnya bisa jadi tengah mengalami kesulitan.
Semua terjadi karena hubungan antara LKS dan kaum muslimin sebagai nasabah dimaknai tak lebih dari sekadar urusan laba/bisnis. Sedangkan urusan keamanan keimanan, ketahanan pangan, dan kemapanan muslim sepertinya tidak menjadi hal penting bagi LKS.
Dari dua pilar sebelumnya, ternyata Pilar Ekonomi Islam ketiga yakni Zakat-Infaq-Shadaqah-Wakaf (ZISWAF) alhamdulillah selalu mampu menunjukkan eksistensinya sebagai instrumen solutif. Sejak diinisiasi BAZIS DKI Jakarta pada tahun 1968, ‘dimeriahkan’ oleh Dompet Dhuafa pada 1993, dan ‘dirapikan’ oleh BAZNAS RI pada tahun 2001, sistem sosial Islam sekaligus instrumen fiskal Islam ini terbukti ampuh memberdayakan umat Islam, mengentaskan kelaparan dan kemiskinan, juga menguatkan jasmani dan rohani dhu’afa.
Alhamdulillah, gurunda Pak Kyai Didin Hafidhuddin adalah maestro zakat yang mampu membawa BAZNAS RI dan dunia zakat Tanah Air berlari masif meraih prestasi gemilang dalam kurun waktu 2004-2015, persembahan untuk Indonesia.
Lalu 11-12 dengan BAZNAS, ada Badan Wakaf Indonesia (BWI) yang berdiri 2004 dan alhamdulillah gurunda Ustaz Dr. Hendri Tanjung kini menduduki salah satu komisionernya.