PAZ Maryam: Melahirkan dengan Sehat, Normal dan Alami
Jika pasien disiplin melakukan terapi, kata Yulia, ujunganya proses persalinan terjadi lebih singkat, lebih sehat dan minim robekan.
“Akhirnya saya nggak jadi tukang jahit lagi, bahkan lebih banyak yang nggak robek,” kata dia.
“Tapi (pasien) jangan datang ke saya mendekati Hari Perkiraan Lahir (HPL) ya, idealnya 20 minggu usia kehamilan sudah mulai terapi,” sambungnya.
Yulia mengaku, karena banyak pasien yang mendapatkan layanan dan merasakan persalinan secara normal, sehat dan alami, akhirnya makin banyak orang bertanya-tanya.
“Saya selalu bilang jangan tanya saya, tapi tanya saya mereka diapain,” kata dia sembari tersenyum.
Setelah mempraktikkan PAZ Maryam, Yulia berani mengatakan bersalin di kliniknya, D’Maryam, dijamin tuman. (terbiasa, menjadi ‘candu’, red)
“Karena beberapa saat kemudian pasien itu sudah hamil lagi, nggak kapok (menyesal, red). Dan kembali mencari saya, berarti ‘candu’ kan?” kata dia lalu tertawa.
Bukan hanya masyarakat, dari kalangan sejawat bidan pun banyak yang bertanya-tanya tentang PAZ Maryam. “Mereka ingin belajar karena penasaran,” kata dia.
Bidan Yulia juga bercerita, saat dirinya mengikuti konferensi DONA internasional, sebuah perkumpulan doula (pendamping persalinan), di Bali ia memberi tahu pendiri PAZ Al Kasaw, Anjrah Ari Susanto, untuk mengenalkan PAZ Maryam.
“Ternyata metode mereka sama, bedanya cuma mereka pakai kain panjang yang digantung ke atas,” ungkapanya.
Cara seorang ibu melahirkan, tambah Yulia, sebenarnya bermacam-macam. Pasien boleh berdiri, duduk atau jongkok. Senyamannya pasien. Dan itu juga sudah ada dalam buku panduan WHO mengenai persalinan.