Pelajar Lebih Berani Dibanding Mahasiswa, Apa Sebabnya?
Jakarta (SI Online) – Ribuan pelajar tingkat SMK melakukan aksi demonstrasi di sekitar Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu siang 25 September 2019. Mereka yang sebagian menggunakan masih menggunakan seragam sekolah tampak menyanyikan yel-yel, menaiki pagar, memblokade jalan, bahkan melakukan aksi pemukulan terhadap polisi yang berjaga.
Jika dibandingkan dengan aksi mahasiswa sehari sebelumnya, aksi para pelaar ini nampak lebih berani. Mengapa?.
Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Prof. Drs. Koentjoro, MBSc., Ph.D menjelaskan, aksi para pelajar itu adalah bentuk komformitas dengan kelompoknya.
“Itu kemudian berlaku kesetiakawanan di sini. Makanya kalau ada satu perintah, semuanya datang ke sana, karena ini hubungannya dengan in group dan out group,” kata Koentjoro, Rabu (25/9/2019) sore, seperti dilansir Kompas.com
“Siapa yang masuk kelompok saya dan siapa yang bukan kelompok saya. Anak-anak ini kemudian takut kalau dia dianggap bukan sebagai kelompok saya, maka dia kemudian berangkat,” lanjutnya.
Mereka melakukan semua itu tanpa tujuan konkrit sebagaimana aksi yang digelar oleh para mahasiswa sebelumnya.
“Saya kira enggak, mereka pikirannya belum sampai di situ. Kalau kakak-kakak mahasiswa itu kan sudah punya pikiran, punya tujuan tertentu. Kalau anak-anak ini mereka kumpul-kumpul bareng saja,” jelasnya.
Dimisalkan, jika seorang pemimpin kelompok menyerukan untuk melakukan suatu tindakan tertentu, pemukulan katakanlah, maka serentak seluruh anggota kelompok akan melakukan hal yang sama. Koentjoro menyebut, para pelajar itu adalah korban oknum provokator yang memberikan informasi salah melalui jaringan tertentu, salah satunya pesan berantai.
“Saya menduga, ini salah satunya orang yang diselipkan di situ, yang memberikan provokasi, informasi yang salah, dan ada semacam agitasi-agitasi, semacam brain wash yang terjadi. Itu yang kebangetan yang mem-provoke kalau menurut saya, bisa dilacak itu,” sebut dia.
Koentjoro menyebut sebuah pepatah Jawa untuk menjelaskan hal ini. “Dugo prayugone durung ono”, atau belum memiliki tujuan yang jelas ketika melakukan suatu hal.
red: asyakira