RESONANSI

Penghambaan “Maha Dewa Korupsi” di Negeri Wakanda

Beberapa menteri yang terlibat “peng-peng” ini yang menjabat jabatan menteri sangat strategis dari Kemenko, Menko dan BUMN, sudah dibuktikan bisnisnya semakin menggurita nyaris menyamai bahkan menyaingi konglomerasi oligarki Sembilan Naga yang boleh jadi sumbernya sama, negara yang kini penguasa ekonomi dunia, RRC.

Salah satu yang masih hangat diingatkan kita bentuk penghambaan mereka yang luar biasa kepada para Maha Dewa Korupsi, melalui cara kolusi dan nepotisme itu, adalah keterlibatan mereka dengan bisnis PCR, Swab Anti Gen Test dan Vaksinasi yang justru terjadi pada saat pandemi C-19 yang dijadikan wajib pemakaian tanpa adanya pengendalian harga yang justru dikontrol oleh mereka sendiri.

Ini boleh diyuridiksi sebagai di luar batas etika, bahkan secara konstitusional sudah melanggar Pancasila dan UUD 1945 prinsip nilai kesataraan dan keadilan sosial.

Terlebih, itu menyentuh hal ke soal hak hakiki perikemanusiaan setiap warga negera, saat negara wajib dan harus menjamin kesehatan setiap warga negaranya.

Meskipun kemudian ulah bisnis mereka pun terlacak, ketika lembaga jurnalistik investigasi pajak global melalui “Pandora Papers” mengeluarkan jurnal reportasenya, ternyata dua orang “peng-peng” dari negeri Wakanda itu terdaftar yang masuk “Black List”. Katanya, mereka mendirikan perusahaan cangkang di salah satu negara yang memberi suaka pajak, yang tujuannya sudah pasti mengemplang pajak mengurangi setorannya yang justru untuk negara Wakanda sendiri.

“Merem dan Mingkem”

Tetapi, dari semua kejadian itu, yang justru menjadi sangat aneh, adalah mengapa sang Presiden Mukidi bersama lembaga parlementer DPR, seolah hanya “merem” dan “ mingkem” alias “MM”—seperti berdehem, atas tindakan-tindakan mereka itu.

Konon, jika Mukidi dan DPR itu hanya bisa berdehem”MM”, konotasi yang boleh jadi dijadikan anggapan rakyat awam sekalipun, jangan-jangan Presiden pun terlibat, cuman seperti bentuk kesetiaan, loyalitas dan integritas kepada para Maha Dewa Korupsi itu, yang terlibat dan yang dilibatkan sudah sama-sama bersepakat untuk saling menyembunyikan, agar tersembunyi dan dapat disembunyikan.

Itulah ke segala yang sifatnya penyembunyian itu, adalah sesungguhnya hitam gelap ke terkunkungan pada kegelapan: tempat tinggal sang Maha Dewa Korupsi itu selalu melakukan aksi-aksi kejinya tanpa batas, tidak saja sangat rakus, bahkan lebih dari serakah, karena berhitung mencari untung tanpa henti mereka pengusaha, bertamak-tamak tanpa rasa puas karena mereka penguasa.

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button