RESONANSI

Penghambaan “Maha Dewa Korupsi” di Negeri Wakanda

Tapi, ironisnya oleh lembaga BPS Wakanda , tiap tahun dicatat dan disensus jumlanya selalu berkurang. Di kata semakin berkurang, tersisa tinggal 24 juta orang dari 270 juta. Padahal, realitasnya seperti piramida itu, terbalik.Kemalangan rakyat, sesungguhnya kemiskinan nyata disembunyikan, “poor hiding”.

Feodalisme melahirkan Penghambaan

Meski, sudah nyaris 77 tahun merdeka dan membangun, namun tanda belum terbebasnya negeri Wakanda dari masih keterbelengguan karatnya penjajahan kolonial, adalah masih melekat pada tebalnya kehidupan feodal yang jejaknya masih sangat jelas kentara.

Salah satunya, yang paling semakin mengemuka, seperti “makna dari sistem nilai” yang dipahami dan dianut oleh masyarakat yang paling “agung” dan “mumpuni” di Wakanda, di provinsi Java Dwipanisesa. Yang dalam catatan sejarah, ada suatu kerajaan yang dinamakan Maja Kepahitan, yang wilayah kekuasaannya sempat meng-kooptasi hampir seluruh wilayah negeri Wakanda.

Masyarakat ini dianggap yang paling maju dan berkelas paling tinggi dalam strata. Makanya, sepanjang dekade demi dekade, dari sini selalu muncul pemimpin penguasa, Presiden ke-1 karena pemimpin revolusi kemerdekaan Wakanda disebut “The Founding Father ” sampai dengan yang terkini disebut “The Founding Playera”, karena di media sosial populer dan viral gelar lainnya, “The King of Lips Service” atau “The King of Puppets”

“Makna dari sistem nilai” yang paling dipuja dari kelompok masyarakat ini, adalah “holobis kuntul baris”, dengan wujud fisiknya, sifatnya dan perilakunya pada akhirnya bermuara melahirkan “penghambaan” itu.

Dalam kelompok masyarakat berstrata, boleh jadi “makna dan sistem nilai” kepada penghambaan itu bisa wujudnya berupa “penghambaan positif”, bisa pula “penghambaan negatif”.

Bentuk penghambaan positif, adalah sifat, sikap dan perbuatan, seperti tanggung jawab, pengabdian, kesetiaan loyalitas, integritas, sampailah “penghambaan” kemudian menuju ke level tertingginya, yaitu penghambaan —dalam sejarah kepada para Maha Dewa, hingga keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu sistem nilai keyakinan yang telah dibawa oleh setiap agama.

Sebaliknya, ke bentuk penghambaan negatif, adalah sifat, sikap dan perbuatan yang merujuk ke arah: iri, dengki, malas, serakah, rakus yang menjadi dasar sikap dan tindakan tidak bertanggung jawab, tidak loyalis, tidak setia, tidak berintegritas, tidak beriman, serba tidak dari hal-hal baiklah!

Berkehambaan dari hal yang negatif ini selama satu dekade akhir-akhir ini , ternyata lebih subur berkembang dan menyebar bak wabah endemik kemudian sudah melekat bukan lagi pada pribadi-pribadi, melainkan kepada komunitas, bahkan masyarakat yang lebih luas, dalam bentuknya lebih parah berupa kebudayaan dan pembudayaan negativisme dari suatu negara dan atau bangsa di mana terdapat “masyarakat rakus dan serakah” itu tinggal.

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button