OPINI

Penyatuan Politik Umat Islam Indonesia: Antara Harapan dan Kenyataan (Bagian 2)

Dua pertanyaan ini adalah amanah risalah yang harus kita jawab nanti di akhirat sebagai pelanjut estafet generasi umat Islam Indonesia. Kita tidak bisa sembarangan merubah dan menafikan tujuan itu jika belum ada alasan-alasan yang syar’i untuk merubah tanpa pernah bisa menjawabnya. Ketersambungan risalah perjuangan ini lah yang membuat sebuah umat atau bangsa menjadi besar.

Mereka tidak lari dari amanah estafet perjuangan yang telah digariskan oleh para pendahulunya. Para pendahulu kita yang telah bersidang di kongres umat Islam pada tahun 1945, 75 tahun yang lalu, telah berjuang dengan darah dan air mata untuk menyelamatkan nasib umat Islam Indonesia dan mereka bermusyawarah siang malam untuk merumuskan dan mengesahkan tujuan itu.

Kita sangat yakin ketika mereka merumuskan tujuan yang sakral itu mereka dahului dengan bertahajud, berzikir dan minta ampun kepada Allah SWT sehingga dapat merumuskan tujuan bersama bagi perjuangan politik umat Islam Indonesia. Kita juga yakin bahwa didalam relung-relung hati mereka yang paling dalam, terbersit keyakinan bahwa tujuan itu nantinya akan dilanjutkan oleh anak cucu mereka dari kalangan umat Islam Indonesia.

Begitulah kisah Salahuddin Al-ayubi ketika membebaskan Masjidil Aqsha pada delapan abad yang lalu, risalah perjuangan untuk membebaskan Masjidil Aqsha berasal dari tempahan waktu yang panjang dan konsisten terhadap tujuan yang sudah ditetapkan dari generasi sebelumnya. Prestasi Salahuddin Al-Ayubi yang bisa mengalahkan pasukan salib pimpinan raja Balian of Ibelin yang didukung oleh seluruh negeri Eropah bukanlah perkara yang mudah. Untuk membebaskan Masjidil Aqsha, Salahuddin harus terlebih dahulu berperang selama tiga bulan tanpa jeda.

Pembebasn Masjidil Aqsha mustahil terjadi tanpa adanya usaha generasi sebelumya semenjak zaman raja Imaduddin Zanki yang diteruskan oleh anaknya raja Nuruddin Zanki dalam mengusir pasukan salibis dari sekitar wilayah Masjidil Aqsha. Ini adalah pelajaran penting bagaimana menjaga risalah estafet perjuangan akan membuahkan kemenangan dari tujuan yang sudah ditetapkan dari generasi sebelumnya. Karena disitulah letak keberkahan dari Allah SWT jika tujuan yang mulia tetap dijaga dan diperjuangkan oleh generasi penerusnya.

Kesetiaan terhadap tujuan yang sudah ditetapkan oleh para founding fathers dari umat Islam Indonesia akan menentukan keberkahan langkah langkah generasi berikutnya. Banyak dari kelompok dan ormas Islam mudah terbuai dengan adanya usaha -usaha pembelokan dari tujuan yang agung ini. Atas nama perubahan dan relevansi zaman, tujuan tersebut nampaknya hanya dijadikan fakta sejarah yang hanya tertulis dalam dokumen – dokumen usang. Seharusnya para aktivis dan tokoh-tokoh umat Islam yang idealis harus terus menggaungkan dan mengkoreksi generasi umat saat ini jika terjadi pembelokan dari amanat tujuan yang sudah digariskan sebelumnya.

Kita khawatir terhadap murka Allah SWT bagi siapasaja yang tidak menjalankan amanah perjuangan yang sudah digariskan oleh para Founding Fathers. Karena salah satu ciri kufur nikmat adalah tidak berterima kasihnya kita terhadap hasil jerih payah yang sudah dirintis oleh para orang tua terdahulu. Jangan berharap kondisi politik umat Islam Indonesia akan bisa berdaulat dan berjaya jika tujuan diatas belum pernah dilaksanakan dan dievaluasi sejauhmana keberhasilan yang sudah dicapai, apalagi jika dibelokkan dengan mengatasnamakan umat Islam Indonesia yang sebenarnya untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Sudah selayaknya kita semua berinstrospeksi atas hal ini dan meminta ampun kepada Allah SWT jika masih belum oprimal dalam meneruskan estafet perjuangan tersebut.

Banyak kisah nyata perjuangan yang dibelokkan yang mengakibatkan turunnya azab Allah SWT, misalnya kisah tidak amanahnya pasukan pemanah yang berada di atas bukit pada perang uhud 14 abad yang silam. Amanah Rasulullah Saw yang meminta mereka tetap diam walau apapun yang terjadi di dataran lembah malah dilanggar ketika melihat pasukan kaum Muslimin berebut harta ghanimah. Akhirnya kekalahan telak dialami oleh pasukan kaum Muslimin dengan jatuhnya korban nyawa yang sebenarnya tidak perlu terjadi andaikan saja pasukan pemanah tadi tidak turun dari bukit.

Begitupula kisah Nabi Yunus AS, amanah dakwah yang Allah SWT berikan untuk mendakwahi kaumnya malah ditinggalkan karena kemarahan nabi Yunus AS atas sikap kaumnya yang melecehkan beliau. Akhirnya Allah SWT menurunkan azabnya dengan dimakannya nabi Yunus oleh ikan paus sebagai peringatan dari Allah SWT terhadap ditelantarkannya amanah dakwah tersebut. Jika umat Islam Indonesia melakukan hal yang sama dengan tidak menjalankan amanah yang sudah digariskan oleh para Founding Fathers dari umat Islam Indonesia tersebut maka wajarlah hingga kini umat Islam Indonesia belum dirasakan berdaulat dan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Wallahua’alam Bishawwab. (BERSAMBUNG).

Taufik Hidayat
Kabid Polhukam Dewan Da’wah

Koreksi: Dalam artikel bagian 1 disebutkan bahwa Perti pernah keluar sebagai anggota istimewa Partai Masjoemi, ternyata hal ini tidak benar karena Perti tidak pernah menjadi anggota istimewa Masjoemi tetapi kebijakannya sering sejalan dengan Partai Masjoemi.

Laman sebelumnya 1 2 3

Artikel Terkait

Back to top button