IBADAH

Perbaiki Shalat Kita

Shalat merupakan ibadah paling agung setelah dua kalimat syahadat adalah penenang hati, penyedap pandangan mata, dan kenikmatan untuk ruh bagi siapa saja yang menghadapkan diri kepadanya, menghadirkan hati padanya, khusyuk kepada Allah padanya, dan sadar bahwa shalat adalah tiangnya agama Islam, dan bahwasanya shalat adalah munajat (perbincangan bisik-bisik) kepada Allah ‘Azza wa Jalla, berdiri di hadapan-Nya.

Maka sungguh mengherankan ketika mereka yang mengaku katanya ber Iman masih malas dan seperti menyepelekan ibadah mulia ini. Azan berkumandang pun masih saja dengan aktivitas yang seolah itu lebih penting jika ditinggalkan. Terlebih lagi apabila seruan untuk mendatangi masjid shalat berjamaah berat terasa. Berbeda dengan para pendahulu yang waktu demi waktu mereka menanti dan merindukan agar bisa berinteraksi bicara dengan Allah Ta’ala didalam shalat.

Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: Sebagian salaf berkata:

إني أَدخل في الصّلاة فأَحمِلُ هَمَّ خروجي منها ! و يَضِيقُ صدري إذا فرغتُ أني خارجٌ منها !

Sesungguhnya aku masuk ke dalam shalat, maka aku membawa kesedihan keluarnya diriku dari shalat. Sempit dadaku jika aku hampir selesai, kalau aku akan keluar dari shalat.

Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

جُعِلتْ قُرَّةُ عَينِي في الصلاة ”

“Dan dijadikan penyejuk hatiku di dalam shalat.”

و مَن كانت قُرةُ عينِه في شيء فإنه يَوَدُّ أن لا يُفارِقَه و لا
يَخرُجَ منه فإنّ قُرَّةَ عينِ العبدِ نعيمُه و طِيبُ حياتِه به

Dan barang siapa yang penyejuk hatinya ada pada suatu perkara, maka dia tidak ingin berpisah darinya, tidak ingin keluar darinya. Karena penyejuk hati seorang hamba itu adalah kenikmatannya, dan kebahagiaan hidupnya. (Thariqul Hijratain 1/474)

Banyaknya dosa dosa kecil yang terkumpul tanpa peduli untuk menghilangkannya, bahkan ditambah ditumpuk dengan dosa besar yang enggan bertobat. Terbiasalah seseorang dengan kondisi itu yang pada akhirnya hilanglah rasa nikmat ibadah, shalat menjadi penghalang segala kesibukan dunia.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Semakin banyak dosa, akan kian parah rasa tak enak dalam hati. Kehidupan paling pahit adalah kehidupan yang dijalani mereka, dan kehidupan yang paling indah adalah kehidupan yang dijalani oleh orang-orang yang hatinya penuh suka cita. Jika orang yang berakal mengamati dan membandingkan antara lezatnya maksiat dengan rasa khawatir dan tak enak hati yang akan ditimbulkannya, ia akan mengetahui sungguh buruk keadaannya dan sungguh besar kerugiannya. Karena ia berarti menjual kelezatan taat dan kenyamaan yang ada di dalamnya dengan kemaksiatan dan rasa gelisah serta keburukan yang ditimbulkannya.”

Allah Ta’ala, berfirman tentang mereka orang orang yang berat dalam melakukan ketaatan khususnya shalat.

إِنَّ الْمُنٰفِقِينَ يُخٰدِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خٰدِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوٓا إِلَى الصَّلٰوةِ قَامُوا كُسَالٰى يُرَآءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا

“Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisa’ 4: Ayat 142)

Syaikh Ibnul Utsaimin rahimahullah berkata:

إذا رأيت الصّلاة ثقيلة عليك حَتى ولو كانَت نَافلة فاعلم أنَ في قلبك نفاقاً لأنَ هذا شَأن المُنافقين

“Jika engkau melihat shalat itu terasa berat atasmu, walaupun itu shalat sunnah, maka ketahuilah kalau dalam hatimu ada sifat nifaq. Karena ini adalah kondisi kaum munafikin.

و إذا رأيت من قلبك خِفة و إستبشَاراً فاعلم أنَ هذا دليل على قوة إيمانك

Dan jika engkau melihat dalam hatimu ada rasa ringan dan berbahagia (dalam shalat) maka ketahuilah sesungguhnya ini adalah bukti atas kuatnya imanmu.

ثبتنَا الله و إيّاكم و أصلحَ حالنَا و حَالكم !

Semoga Allah mengokohkan kita dan kalian semua, memperbaiki keadaan kita dan keadaan kalian. (Syarh Shahih Muslim juz 15)

Wallahu a’lam

Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia

Artikel Terkait

Back to top button