FOKUS MUSLIMAH

Perempuan di Kursi Kekuasaan, Selesaikan Masalah?

Pada pilkada 2018 jumlah perempuan yang menjadi calon kepala daerah maupun wakilnya di semua  tingkatan ada 101 dari 1136 kandidat. Tingkat pemilihan gubernur 2018 dari 17 kandidat perempuan, ada 3 yang menang. Cagub Jatim Khofifah Indar Parawansa. Cawagub Lampung Chununia Chalim, dan Cawagub NTB Siti Rohmi Djalilah. (www.jpnn.com).

Dan sekarang Jawa Timur memiliki 10 perempuan yang menjadi kepala daerah. Khofifah Indar Parawansa (Gubernur Jatim), Tri Rismaharini (Wali Kota Surabaya), Faida (Bupati Jember), Haryanti Sutrisno (Bupati Kediri), Dewanti Rumpoko (Wali Kota Batu), Rukmini Buchori (Wali Kota Probolinggo), Puput Tantriana Sari (Bupati Probolinggo), Mundjidah Wahab (Bupati Jombang), Ita Puspita Sari (Wali kota Mojokerto), Anna Mu’awanah (Bupati Bojonegoro). (www.detik.com).

Kemenangan Perempuan, Kemenangan Kapitalisme

Kemenangan perempuan dalam menduduki kursi kepemimpinan daerah tentu disambut bahagia oleh  pejuang feminis. Karena sejalan dengan salah satu isu perjuangan mereka yaitu perjuangan dalam meraih kursi kekuasaan. Keberhasilan kaum feminis dalam tubuh partai nampak pada pencalonan perempuan dari unsur kader partai mencapai 43% (pilkada tahun 2018). Angka ini terkatagori belum cukup bagi kaum feminis. Karena mereka menghendaki angka fifty-fifty di semua lini. Sebagai bentuk kesejajaran perempuan dengan laki-laki.

Fenomena kemenangan perempuan dalam kursi kekuasaan juga mengindikasikan pergeseran pemikiran di kalangan ulama hingga rakyat biasa. Pasalnya mayoritas ulama tidak membolehkan perempuan menjadi khalifah. Walau MUI memilih tidak mengeluarkan fatwa dengan alasan adanya perbedaan pendapat di kalangan ulama. (www.republika.co.id)

Kemenangan perempuan dalam beberapa pilkada juga menunjukkan bahwa kepercayaan kepada pemimpin laki-laki telah mengalami penurunan. Hal ini bisa disebabkan karena banyaknya kalangan laki-laki yang terjerat skandal korupsi saat menjabat. Sebaliknya, fenomena ini juga menunjukkan penurunan greget (ghorizah baqo’) laki-laki untuk menjadi pemimpin. Walau di negara ini jumlah laki laki lebih banyak dari jumlah perempuan (www.kaskus.co.id). Dan kader partai 70% juga diisi laki-laki.

Pada akhirnya, meningkatnya angka partisipasi perempuan dalam ranah publik-politik dan terpilihnya perempuan sebagai kepala daerah adalah kemenangan ideologi kapitalisme. Feminisme dengan ide  gendernya telah berhasil membawa perempuan terdidik untuk memperjuangkan kelanggengan sistem kapitalisme.

Kemenangan Perempuan dan Penyelesaian Masalah Bangsa

Harapan dengan terpilihnya perempuan mampu menyelesaikan masalah bangsa hanya akan menjadi harapan. Problematika ekonomi, permasalahan kesehatan, kemiskinan, KDRT, hutang negara, liberalisme pergaulan, permasalahan pendidikan dan lainnya akan mendapatkan solusi tambal sulam. Tidak mencapai pada akar penyebab masalahnya.

Adapun akar masalahnya ada pada sistem yang diterapkan. Selama sistem kapitalisme yang diterapkan maka masalah akan terus bermunculan. Nyatanya, dibawah sistem demokrasi, pemimpin perempuan juga terjerat kasus korupsi. Malalui OTT, KPK menangkap 6 wanita terjerat korupsi. Keenam wanita tersebut adalah Bupati Subang Imas Aryumningsih (14/2/2018), gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah (20/12/2013), Bupati Klaten Sri Hartini (31/12/2016), Wali Kota Cimahi Atty Suharti (1/12/2016), Wali Kota Tegal Siti Masitha (29/8/2017), dan Bupati Kutai Kertanegara Rita Widyasari. (www.tribunnews.com)

Sekitar 15 abad yang lalu, Rasulullah Saw telah menjelaskan melalui sabdanya:

لن يفلح قوم و لوا ا مرهم امرأة

Dijelaskan oleh Syekh Taqiyuddin An Nabhani dalam kitab Ajhizah bahwa kalimat tidak akan beruntung orang yang menyerahkan urusannya kepada kaum perempuan adalah qorinah yang tegas akan larangan mengangkat perempuan sebagai pemimpin (penguasa) pemerintahan. Sebab hadist tersebut terkait dengan Ratu Buaran yang menjadi penguasa di Persia, bukan ditujukan pada jabatan lain seperti Qodi, majelis umat ataupun lainnya.

Dengan demikian, silih bergantinya pemimpin kaum muslimin, selama hukum Islam belum ditegakkan maka persoalan demi persoalan akan terus bermunculan. Karena jaminan kesejahteraan itu ada pada Islam. Dan indikator suksesnya pemimpin muslim adalah ketika berhasil menerapkan Islam secara kaffah, membawa rakyatnya kepada ketaatan kepada Allah SWT dan RasulNya. Allah SWT berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (QS. an Nisa: 59)

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. al A’raf:96). Wallahua’lam.

Puji Astutik
Warga Trenggalek, Jawa Timur

Artikel Terkait

Back to top button