Pesan Terakhir Prof Azyumardi di UMAM untuk Bangsa Indonesia
“Terus suarakan penyimpangan dan ketidakbenaran yang dilakukan oleh pemerintah. Karena semakin banyak yang menyuarakannya semakin besar kemungkinan ia didengar.”
Begitulah antara bunyi pesan terakhir Prof. Azyumardi Azra yang yang masih saya ingat. Pesan itu almarhum sampaikan dalam International Summit on Knowledge Advancement yang diadakan oleh Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM) di Hotel Seri Malaysia Kangar Perlis Malaysia pada 22 Agustus 2022 lalu.
Pesan ini disampaikan menjawab pernyataan seorang dosen yang mengatakan bahwa kerjasama dengan RRC seringkali merugikan Indonesia termasuk proyek kereta api cepat katanya. Professor tersebut juga mengkritik kebijakan pemerintah tentang pekerja kasar yang didatangkan dari China ke Indonesia.
Padahal di saat yang sama banyak rakyat yang menganggur sampai terpaksa harus jadi babu ke luar negeri dan sebagainya.
Dalam sains politik dan bahkan dalam konstitusi jelas menerangkan bahwa negara bukanlah milik Presiden apalagi milik partai Presiden, tidak sama sekali.
Presiden atau pemerintah hanyalah bersifat sementara dan kuasa mereka sangat terbatas sesuai dalam konsep demokrasi trias politica seperti yang dicetuskan oleh Montesquieu yang membatasi kuasa legislatif, eksecutif dan yudikatif.
Pemerintah bukan pemilik negara tetapi hanya sebagai pengurus sementara yang digaji dari uang rakyat. Ibarat sopir, penumpang bisa saja protes atas kualitas sopir karena ia melibatkan nyawa dan masa depan penumpang.
Penguasa negara akan datang silih berganti dan tidak boleh diwarisi seperti harta nenek moyang sendiri.
Dalam sains politik Islam pula dijelaskan bahwa sebaik-baik jihad bukanlah berjuang di medan perang, tetapi nasihat kepada pemimpin yang zalim.
Termasuk dalam kategori zalim juga adalah pemimpin yang jahil. Pembohong dianggap benar, orang jujur dianggap pendusta, pengkhianat dipercaya, orang jujur dianggap pengkhianat, orang bodoh akan bicara dan yang pintar diam saja, disingkirkannya orang baik dan diangkatnya orang jahat.
Lihat saja bagaimana para cendikiawan intelektual disingkirkan dan negara di kuasai oleh mereka yang jahil sebagaimana maksud hadis di atas.