IBADAH

Prestasi Kesholehan Lebih Tinggi dari Apapun

Menjadi Sholeh dan Sholehah adalah sebuah prestasi, karena tidak semua orang mampu meraihnya. Berbagai macam cara ditempuh sebagai orang tua, agar anak anaknya mempunyai prestasi itu.

“Semoga anakku menjadi anak yang sholeh.” Adalah kalimat yang begitu ringan terucap. Hampir setiap orang tua muslim selalu melantunkan doa ini.

Walau dalam doa mereka berharap memiliki anak yang sholeh, tapi nyatanya, sedikit orang tua yang mendidik anaknya untuk menjadi anak sholeh. Mereka lebih fokus mendidik anak agar menjadi sarjana, sukses dengan harta dan tinggi dalam jabatan. Padahal, setiap kesuksesan itu tiada berarti tanpa memiliki gelar “sholeh”.

Berharap memiliki anak soleh bukanlah hal yang remeh. Para Nabi pun diajari oleh Allah untuk berdoa agar memiliki anak soleh. Seperti doa Nabi Ibrahim as,

Allah Ta’ala, berfirman:

رَبِّ هَبْ لِى مِنَ الصّٰلِحِينَ

“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh.” (QS. As-Saffat 37: Ayat 100)

Predikat Sholeh selalu ditekankan oleh Allah Ta’ala. Karena semua prestasi dunia tidak akan berarti tanpa memiliki kriteria sholeh. Sholeh adalah tingkatan kemuliaan yang tinggi. Bukankah Ishaq as adalah nabi, tapi Allah masih menyebutnya termasuk orang yang sholeh. “seorang nabi yang termasuk orang-orang yang sholeh.”

Dan manusia-manusia suci yang telah mendapat kedudukan sebagai nabi pun masih mendapat gelar sholeh.

وَزَكَرِيَّا وَيَحْيَى وَعِيسَى وَإِلْيَاسَ كُلٌّ مِّنَ الصَّالِحِينَ -٨٥-

“Dan Zakariyya, Yahya, ‘Isa, dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang sholeh.” (Al-An’am 85)

وَإِسْمَاعِيلَ وَإِدْرِيسَ وَذَا الْكِفْلِ كُلٌّ مِّنَ الصَّابِرِينَ -٨٥- وَأَدْخَلْنَاهُمْ فِي رَحْمَتِنَا إِنَّهُم مِّنَ الصَّالِحِينَ -٨٦-

“Dan (ingatlah kisah) Isma‘il, Idris dan Dzulkifli. Mereka semua termasuk orang-orang yang sabar, dan Kami Masukkan mereka ke dalam rahmat Kami. Sungguh, mereka termasuk orang-orang yang sholeh.” (Al-Anbiya’ 85-86)

Begitu pula ketika Allah menyebutkan para nabi satu per satu. Mereka disifati dengan sifat sholeh karena derajat kesholehan itu memiliki kedudukan yang begitu tinggi di sisi-Nya. Nabi Luth as

وَأَدْخَلْنَاهُ فِي رَحْمَتِنَا إِنَّهُ مِنَ الصَّالِحِينَ -٧٥-

“Dan Kami Masukkan dia ke dalam rahmat Kami; sesungguhnya dia termasuk golongan orang yang sholeh.” (Al-Anbiya’ 75)

Nabi Syuaib as

سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّالِحِينَ -٢٧-

“Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sholeh.” (Al-Qashas 27)

Nabi Yunus as

فَاجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَجَعَلَهُ مِنَ الصَّالِحِينَ -٥٠-

“Lalu Tuhan-nya memilihnya dan menjadikannya termasuk orang yang sholeh.” (Al-Qalam 50)

Nabi Ibrahim as

وَلَقَدِ اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ -١٣٠-

“Kami telah Memilihnya (Ibrahim) di dunia ini. Dan sesungguhnya di akhirat dia termasuk orang-orang sholeh.” (Al-Baqarah 130)

Bahkan ada Kekasih Allah yang telah menjadi Nabi masih meminta kepada Allah untuk digabungkan bersama orang-orang yang sholeh. Seperti doa Nabi Yusuf dan Nabi Sulaiman as. Nabi Yusuf as

تَوَفَّنِي مُسْلِماً وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ -١٠١-

“Wafatkanlah aku dalam keadaan Muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang sholeh.” (Yusuf 101)

Nabi Sulaiman as

وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ -١٩-

“Dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba- hamba-Mu yang sholeh.” (An-Naml 19)

Seluruh Nabi berharap untuk menjadi golongan orang-orang yang sholeh. Karena derajat ini bukanlah kedudukan biasa. Saking besarnya kedudukan mereka, setiap muslim ketika sholat harus mengakhiri sholatnya dengan memberi salam kepada mereka.

السَّلَامُ عَلَيْنَا وَ عَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْن

“Salam atas kami dan atas hamba-hamba-Mu yang sholeh.”

Jadi ternyata prestasi kesholehan itu menempati urutan teratas dibanding dengan prestasi prestasi yang lain, apalagi kalau cuma prestasi dunia. Karena tidak satupun Allah menyebutkan dan membanggakan prestasi dunia sebagai prestasi yang utama.

Semoga para orang tua sadar diri tentang apa prestasi yang abadi yang dibawa sampai mati.

Wallahu a’lam

Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia

Back to top button