Prof Dr HM Rasjidi: Harun Nasution Kadang Ucapannya Melewati Batas
Prof Harun Nasution tentang rukun iman lima atau enam, surat kabar Harian Pelita yang terbit pada 16 Juli 1992/15 Muharam 1413 H memuat tulisan dengan judul tersebut.
Prof Harun Nasution menimbulkan persoalan tentang rukun iman dan mengatakan bahwa rukun iman dalam Islam lima yakni iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab suci, rasul-rasulNya, dan akhirat, sedang yang keenam yaitu percaya kepada qadha dan qadar ia mengritiknya.
Prof Harun Nasution adalah teman saya pribadi ketika saya mencari pengalaman di Canada, di Universitas Mc Gill di kota Montreal kira-kira pada tahun 1958-1963, dengan menjadi asosiasi professor di sana. Ia sebagai seorang teman saya yang berada di Paris, saya berusaha dengan mencarikan bantuan baginya untuk meneruskan belajar di Mc Gill. Beliau menerima tawaran itu dan menyelesaikan program MA dan PhD setelah saya berada di Washington Islamic Center, sampai kembali ke Jakarta pada tahun 1963.
Pada berita 16 Juli 1992/15 Muharam 1413 H, Dr Harun Nasution menunjukkan dirinya sebagai orang yang sangat terpengaruh oleh cara orang mempelajari Islam di Barat, sehingga memberi kesan bahwa semua cara mempelajari Islam di sana baik, dan semua yang di negeri-negeri Timur Tengah mengecewakan, tanpa melihat perbedaan waktu yang berabad-abad.
Dr Harun Nasution dalam berita berjudul ‘Rukun Iman Lima atau Enam’ mengatakan, ”yang biasa dianut sebagai rukun keenam (iman kepada qadha qadar) itu tidak benar, karena bertentangan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Dengan paham takdir yang bahasa Arabnya Jabbariyah dan bahasa Belandanya Fatalisme, segala sesuatu berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan. Api membakar menurut kehendak Tuhan, adalah paham takdir, yang berarti bahwa Tuhanlah yang membakar. Padahal api adalah penyebab daya membakar.”
Dengan mengikuti uraian Prof Harun Nasution yang sangat bersemangat untuk menunjukkan bahwa ‘api’ lah penyebab kebakaran dan bukan Tuhan soalnya menjadi buntu. Tetapi marilah kita berpikir secara tenang sebagai orang yang beragama Islam. Tersebutlah ayat 22-23 Surat Al Hadid:
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
Prof Harun Nasution kadang-kadang sampai melewati batas seperti ucapannya. Hukum alam yang dipegang semua ikhtiar berhasil.
Kesan saya tentang sahabat saya Dr Harun Nasution seperti kesan saya waktu membaca ayat 258 surat Al Baqarah:
“Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.”
Dosen IAIN Dikirim ke Barat
Bersamaan dengan pemberian tanggapan itu, Pelita menanyakan kepada Pak Rasjidi tentang pengiriman dosen-dosen IAIN untuk belajar ke Barat (Eropa dan Amerika), dengan alasan untuk belajar metodologi berfikir. Prof Rasjidi menjawab, pengiriman dosen IAIN ke Barat itu boleh, tetapi hendaknya yang benar-benar bisa berpikir. Maksudnya dosen yang dikirim ke Barat itu, ukurannya yang kritis, mukmin, betul-betul beribadah sehingga nantinya berdasarkan ibadahnya itu ia tidak hilang ketika mendapatkan pelajaran atau pengaruh dari Barat.