Proyek Kontra Terorisme, Menusuk Islam
Disinilah terletak ambiguitas tindakan pemerintah, dalam hal ini Polri. Jika memang benar-benar memerangi terorisme, maka semua yang menggunakan kekerasan dan cara-cara yang menakutkan banyak orang mestinya disebut sebagai teroris dan dijatuhi hukuman berdasarkan aturan yang berlaku. Tidak pandang bulu.
Namun buktinya OPM di Papua tidak pernah disebut teroris, meskipun baru-baru ini telah menghilangkan nyawa 19 orang pekerja dan 1 orang TNI tak berdosa. Justru yang selalu dituding adalah Islam dan kaum muslimin.
Dalam beberapa dokumen dari lembaga think tank RAND Corporation yang dipakai oleh Amerika Serikat khususnya untuk mendesain kebijakan politik luar negeri AS, disebutkan bahwa orang-orang yang melakukan teror adalah ideologi yang menegakkan khilafah dan syariat. Di antara dokumen itu berjudul “Understanding Terorist Ideology”, “Civil Protect Islam” yang mengadu domba antar kelompok dalam Islam, “Building Moderat Moslem Network” , berisi upaya bagaimana memecah belah umat Islam agar yang melawan ideologi jihad adalah kalangan Islam sendiri. Kemudian “In Their Own Words” yakni bagaimana menggunakan terminologi-terminologi atau definisi yang dipakai kelompok jihad agar menjadi lawan umat Islam sendiri. (m.hidayatullah.com 22/05/2018)
Sebelumnya, Dewan Intelijen Nasional Amerika Serikat (National Inteligent Council) atau NIC pada Desember 2004 telah merilis sebuah dokumen bertajuk Mapping The Global Future yang meramal masa depan dunia tahun 2020 (www.futurebrief.com/project2020.pdf). Tajuk NIC di atas pernah dimuat di USA Today pada 13 Februari 2005, juga dikutip oleh Kompas edisi 16 Februari 2005. Inti laporannya adalah tentang kemungkinan situasi politik dunia di tahun 2020, dengan rincian sebagai berikut:
- Dovod World: Kebangkitan ekonomi Asia, dengan China dan India bakal menjadi pemain penting ekonomi dan politik dunia;
- Pax Americana: Dunia tetap dipimpin dan dikontrol oleh AS;
- A New Chaliphate: Bangkitnya kembali Khilafah Islamiyah, yakni Pemerintahan Global Islam yang bakal mampu melawan dan menjadi tantangan nilai-nilai Barat; dan
- Cycle of Fear: Muncul lingkaran ketakutan (phobia). Yaitu ancaman terorisme dihadapi dengan cara kekerasan dan akan terjadi kekacauan di dunia – kekerasan akan dibalas kekerasan.
Dari sini jelas, bahwa Amerika sangat meyakini akan hadirnya kekuatan baru yang bisa menyainginya dalam percaturan politik global, yaitu Khilafah Islamiyah yang berideologi Islam. Hal ini tentu tidak bisa dibiarkan. Amerika pun membuat skenario untuk mengaborsi khilafah sebelum kelahirannya. Di antaranya dengan melaksanakan agenda kontra terorisme. Dimana aktivitas ini sebenarnya ditujukan untuk memojokkan islam dan umat Islam sbg sumber dan pelaku teror.
Indonesia, negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, adalah target utama dalam proyek ini. Terlihat dari masifnya pemberitaan tentang terorisme di Indonesia yang dilekatkan dengan ajaran Islam, kaum muslimin, dan simbol-simbolnya. Masih lekat dalam ingatan kita bahwa bukti dari sebuah tindakan teror adalah kitab suci Al Quran, buku-buku tentang jihad, dan bendera kaum muslimin (liwa dan rayah). Sedangkan ciri seorang teroris adalah seorang pemeluk Islam yang agamis, rajin shalat jamaah ke masjid dan mendatangi majelis ilmu, bercelana cingkrang dan berjenggot bagi laki-laki, serta bercadar bagi perempuan.