OASE

‘Que Sera, Sera’

Siapa sangka, judul lagu berbahasa Spanyol yang sempat populer pada zamannya menjadi perumpamaan yang sangat sinkron dengan ajaran Islam. Ya, “Que Sera, Sera” atau dalam Bahasa Inggris “Whatever Will Be, Will Be” dan jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia artinya “Apa pun yang Terjadi, Terjadilah.”

Ini bukan sekadar kata yang tak bermakna, melainkan ungkapan yang di dalamnya tersimpan sarat akan pelajaran hidup.

Dalam Islam, istilah ini bisa disebut dengan kepasrahan atau tawakal. Sebuah sikap hati yang percaya penuh kepada takdir Allah SWT, meskipun seringkali takdir itu tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Ia bukanlah bentuk menyerah tanpa usaha, melainkan penerimaan seorang hamba atas apa-apa yang sudah Allah SWT, tuliskan setelah sebelumnya berikhtiar dengan sungguh-sungguh. Tidak ada bantahan, pun tidak ada penolakan. Ia menerima dengan apa adanya, tanpa menyalahkan keadaan, dan tanpa mempertanyakan ketentuan-Nya.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, yang artinya, “Barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 3).

Ayat ini menegaskan bahwa kepasrahan bukan berarti kita kehilangan kendali atas hidup, melainkan justru mempercayakan hasil dari usaha kepada Allah Yang Maha Mengetahui. Dalam bahasa sederhana, manusia hanya bisa merencanakan, namun Allah SWT, yang menetapkan.

Ungkapan “Que Sera, Sera” mengingatkan kita bahwa ada hal-hal yang tidak berada dalam kuasa manusia. Seberapa besar pun keinginan, usaha, dan doa kita, seringkali hasilnya tidak sejalan dengan harapan.

Namun, di situlah letak keindahannya, bahwa Allah SWT, selalu punya alasan lain yang jauh lebih baik dari apa yang kita pikirkan. Rasulullah Saw, pun pernah bersabda, “Bersemangatlah terhadap apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah, dan jangan lemah.” (HR. Muslim).

Hadits ini menjelaskan keseimbangan antara ikhtiar dan tawakal. Kita dituntut untuk berusaha dengan sungguh-sungguh, tetapi pada akhirnya hasil kita serahkan kepada Allah SWT Karena pada hakikatnya, kebahagiaan bukan terletak pada tercapainya semua keinginan, melainkan pada kemampuan menerima hasil dengan lapang dada.

Dalam kehidupan sehari-hari, filosofi ini terasa sangat relevan. Ada orang yang sudah berusaha keras mengejar karier impian, namun akhirnya dipertemukan dengan jalan lain yang justru lebih menenangkan. Dalam situasi seperti itu, kita bisa belajar bahwa bukan takdir Allah SWT, yang kurang indah, melainkan kita yang belum mampu membaca pesan cinta-Nya di balik setiap kejadian.

Pasrah bukan berarti lemah. Justru di sanalah letak kekuatan seorang hamba. Ia tahu bahwa segala sesuatu sudah digariskan, sehingga ia tidak perlu mengikat dirinya pada kekecewaan yang tak berujung. “Que Sera, Sera” seolah mengajarkan: jalani hidup dengan ikhtiar terbaik, lalu lepaskan hasilnya dengan penuh ketenangan.

Di era modern yang penuh tekanan ini, filosofi “Que Sera, Sera” dapat menjadi pengingat agar kita tidak terlalu larut dalam kecemasan masa depan. Masa depan tetaplah misteri. Tugas kita bukan untuk menebaknya, melainkan menjalaninya dengan usaha, doa, dan tawakal. Sisanya, biarlah Allah SWT, yang menuliskan cerita.

Maka, saat kita mengucapkan “Que Sera, Sera” semoga itu bukan sekadar kata pasrah kosong, melainkan doa yang terbungkus keyakinan, bahwa apa pun yang terjadi adalah yang terbaik menurut Allah SWT Karena pada akhirnya, kebahagiaan bukan pada jawaban dari semua pertanyaan, melainkan pada ketenangan hati menerima takdir-Nya.[]

Husnul Khotimah

Artikel Terkait

Back to top button