RESONANSI

Ramadhan Berlalu, Apa Kabar Imanmu?

“Sekiranya kaum Muslim mengetahui kebajikan-kebajikan yang dikandung bulan Ramadhan, niscaya umatku mengharapkan Ramadhan ada sepanjang tahun.” (HR. Abu Ya’la, ath-Thabrani, dan ad-Dailami)

Bagi seorang muslim yang paham akan kebajikan yang ada di bulan Ramadhan, tentu akan merasa sangat bersedih. Baru saja kita merasakan puasa, sekarang sudah berlalu dan merasakan idul fitri yang penuh haru.

Namun, apa yang sudah kita hasilkan di Ramadhan lalu? Apakah intensitas keimanan kita semakin meningkat? Atau justru semakin darurat? Sudah seharusnya Ramadhan menjadi bulan tarbiyah untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Akan tetapi, mengapa setelah Ramadhan tidak melahirkan pribadi yang baru yang memperoleh predikat takwa selama berpuasa?

Rasulullah Saw bersabda,

وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ

“Amat merugi/hina seseorang yang Ramadhan masuk padanya kemudian Ramadhan pergi sebelum diampuni dosanya.” (HR. al-Tirmidzi, Ahmad, al-Baihaqi, al-Thabrani, dan dishahihkan Al-Albani dalam Shahih al-Jaami’, no. 3510).

Banyak diantara kita yang justru terjebak pada kefuturan selama lebaran tiba. Sibuk dengan aktivitas yang sia-sia. Tenggelam dengan rutinitas dunia dan meninggalkan ibadah bertaqarrub kepada Allah ta’ala.

Seperti trend TikTok Velocity yang membuat kecanduan kalangan Gen Z baru-baru ini. Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) juga dapat muncul akibat tren ini. Pengguna yang merasa takut ketinggalan tren mungkin akan terus-menerus memeriksa media sosial, yang dapat menimbulkan rasa cemas dan kegelisahan, berdampak pada kesehatan mental (RRI.co.id, 24/3/2025)

Inilah yang terjadi jika kita menjadikan Ramadhan hanya sekadar momentum tahunan saja. Seharusnya tidak hanya ketika ramadhan saja kita fokus mempersiapkan akhirat kita, namun seharusnya sepanjang tahun, seumur hidup kita, setiap saat dari usia, kita gunakan untuk memperbanyak bekal.

Jika selama ramadhan kita selalu bersemangat dalam ibadah dan menjaga ketaatan terhadap hukum syara’, maka semangat inilah yang harus kita kobarkan setiap saat, selepas Ramadhan di sisa umur kita. Karena kita tidak pernah tahu, apakah tahun depan masih bisa berjumpa dengan ramadhan? Ataukah tahun ini adalah ramadhan terakhir untuk kita.

Apabila kita maksimal dalam menjalankan ramadhan maka akan berbuah takwa. Takwa dengan melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Sehingga, jika Ramadhan telah usai, kita akan semakin beriman dan bertakwa. Menjadikan syariah Islam untuk mengatur kehidupan manusia.

Oleh karena itu, senantiasa diperlukan amunisi ketakwaan untuk melecutkan semangat beribadahnya di luar bulan Ramadhan. Pertama, senantiasa istiqamah menjalankan apa yang sudah dilakukan selama Ramadhan. Mulai dengan mengatur waktu ibadah dan membuat daftar target pencapaian ibadah. Kedua, berkumpul dengan orang-orang saleh agar semangat dakwah dan ibadah semakin membara dan senantiasa berdoa kepada Allah SWT agar diberikan kekuatan dan keistiqamahan dalam ketakwaan.

Terakhir, terus menyebarluaskan Islam dengan dakwah. Karena dakwah adalah bukti cinta kepada umat untuk melanjutkan kehidupan Islam, upaya hakiki dalam merawat ruh kemenangan. Dengan menebar kebenaran (Islam), umat semakin dekat dengan kebaikan dan kemenangan.

Langkah nyata untuk menerapkan spirit takwa Ramadhan dalam seluruh aspek kehidupan. Yakni dakwah Islam Kaffah demi tegaknya kehidupan Islam dalam bingkai Daulah Islamiah. Inilah cita-cita mulia dan spirit takwa yang wajib kita lanjutkan. Wallahu a’lam bishawab.[]

Novriyani, M.Pd., Praktisi Pendidikan

Artikel Terkait

Back to top button