NASIONAL

Rektor Institut Tazkia Hadiri Pembukaan Simposium Cendekia Kelas Dunia

Jakarta (SI Online) – Simposium Cendekia Kelas dunia (SCKD) Tahun 2019 secara resmi dibuka oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla dan didampingi Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir di Kantor Wakil Presiden, Jl. Veteran, Jakarta Pusat, Senin (19/8/2019). SCKD Tahun 2019 ini diikuti 52 ilmuwan diaspora yang tersebar di 13 negara.

Diantara yang hadir dalam acara tersebut adalah Rektor Institut Tazkia Murniati Mukhlisin. Humas Institut Tazkia mengatakan bahwa rektornya mengikuti simposium dikarenakan pernah masuk database sebagai Cendekiawan Kelas Dunia semasa berkiprah di Inggris.

Murniati pernah menjadi dosen dan peneliti di University of Essex, Colchester, UK tahun 2015-2017. Saat itu dia mengembangkan modul akuntansi dan keuangan syariah yang banyak diminati oleh mahasiswa dari berbagai negara. Dia juga menjadi pembimbing dan penguji mahasiswa baik S2 maupun S3 dalam bidang akuntansi dan keuangan syariah di Inggris dan Australia.

Murniati memutuskan untuk pulang ke tanah air pada tahun 2017 untuk kembali mengembangkan Kampus Tazkia yang memang sudah diasuhnya sejak awak pendirian kampus tersebut. Dia bersama pakar keuangan dan bisnis syariah lainnya yaitu Muhammad Syafii Antonio, Ade Ruhyana, Agus Haryadi, Mukhamad Yasid dan Mirna Rafki membesarkan kampus yang tadinya berawal dengan 25 mahasiswa sekarang telah meluluskan 2259 orang dan memiliki 2003 mahasiswa aktif di bidang ekonomi, bisnis, hukum dan pendidikan syariah.

Murniati menyampaikan bahwa dia banyak belajar dari kampus University of Glasgow dimana dia menyelesaikan S3 di bidang Akuntansi Syariah bagaimana tentang proses pembelajaran yang sangat sistematis. Dan juga di University of Essex dimana dia sempat menjadi dosen dan peneliti tentang pengembangan kurikulum, kedisiplinan dalam mengajar, menjalankan riset dan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.

Pengalaman itulah kemudian dia bagi di Kampus Tazkia dan di berbagai kesempatan di kampus lain.

Murniati mengikuti program 5000 Doktor yang dikelola oleh Pendidikan Tinggi Agama Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia dan berhasil lulus S3 kurang dari tiga tahun. Dia berharap makin banyak dosen-dosen muda disekolahkan ke luar negeri dan menimba pengalaman riset di sana yang kemudian dibawa ke tanah air untuk membantu memperbaiki sistem pendidikan di sini.

red: adhila

Artikel Terkait

Back to top button