RESONANSI

Republik Centeng Calo

Legacy kolonialisasi mengiba. Terus merundungi kelabu negeri pertiwi ini. Terberat, hingga kini tertimpa warisan penderitaan kebodohan dan kemiskinan rakyatnya.

Dikarenakan dulu dalam struktur masyarakat kolonialisasi berada paling rendah. Setelah kolonial, China pedagang dan baru kemudian rakyat kita.

Kerap paling tinggi hanya menjadi centeng dan calo. Meskipun memiliki jabatan wedana, bupati atau sultan. Tetap saja fungsinya centeng calo. Selain, lebih kebanyakan mayoritas kuli perkebunan, bangunan dan buruh tani.

Hingga, 2024, watak, karakter dan tabiat centeng-calo itu —diberi penekanan khusus dibahas di sini karena perilaku-perilakunya—masih tebal dan kental menyelaputi struktur dan kultur khas masyarakat kita.

Nyaris 80 tahun setelah kemerdekaan pun, tak kunjung pudar dan mampu menghapus kultur yang tampak sudah mendarah daging dengan jiwa. Alias, pandora menjiwai.

Lihat saja setelah era kolonialisasi hengkang. Penjajah baru, adalah para pedagang etnis China.

Anehnya, relasi quasi kemerdekaan dengan kuasa pemerintahan kita — tak khayal dalam rekam sejarah—komunitas ini malah selalu mendapatkan banyak privilis.

Termasuk, dimulai dari pemerintahan Orde Baru sebagai orde ekonomi pembangunan hingga setiap pemerintahan melewati orde-orde lainnya selanjutnya, hingga kini.

Privilisi itu tak pernah putus dan berhenti. Tetapi, terus berkelindan menopang keberkembangan kemajuan mereka yang sangat luar biasa.

Seraya, layaknya pemerintahan kita itu bak centeng-calo mendapatkan tebaran dan taburan imbalan —yang sesungguhnya sangat tidak sepadan—dengan apa yang pemerintah penguasa telah tebar dan tabur kepada para pedagang China itu.

Sebaliknya, setelah kekayaan para “perusahaan China” menggurita menjadi meraksasa. Sekarang merekalah yang memegang kendali tali kekang pelana kuda: justru malah mampu mempengaruhi dan meraksuki kekuasaan pemerintahan.

Maka, hanya dengan segelintir orang mampu menghegemoni kekuasaan bisnis konglomerasi korporasi alias oligarki, nyaris 90% menguasai perekonomian bangsa ini. Otomatis menguasai pula agregasi dan segregasi politik kekuasaan pemerintahan.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button