Republik Centeng Calo
Itulah yang semakin dipertebal dan diperkental watak, karakter, tabiat dan perilaku pseudo centeng-calo tergamblangkan secara jelas ditandai dan dicirikan selama satu dekade kekuasaan pemerintahan Jokowi.
Jokowi yang muncul dari gorong-gorong sebagai simbolisasi Wong Cilik. Ternyata, bukan seorang persona menjadikan dirinya tokoh kenegarawanan.
Apalagi, kepahlawanan mendobrak melakukan perubahan dengan perlawanan radikal atas kerasnya conditio sine quanone status quo pseudo centeng-calo itu. _No way!
Alias, sebagai Satria Piningit yang selalu diharapkan rakyatnya mampu mendulang kesetaraan, kemakmuran dan keadilan.
Ternyata, kembali ke habitat otentiknya Jokowi tak kurang seorang persona —-terlebih keturunan China dengan berpolitik haluan kiri, eks turunan PKI—hanya semakin bebal berjiwa dan bermental centeng-calo.
Dilalahnya, dikarenakan keterlenaan dan ke terlalaiannya bangsa ini atas korban “pencitraan kebohongan” Jokowi terpilih menjadi Presiden memimpin yang tak lain apa yang diperbuatnya hanya menjadikannya negera ini Republik Centeng Calo.
Lihatlah, seorang Presiden ternyata hanya seperti seorang Chear’s Leader yang tengah memainkan orkestrasi eforia kemeriahan negara menaburkan dan menebarkan benih tumbuh merebak dan panen korupsi, kolusi dan nepotisme dalam elaborasi dan kolaborasi dengan lembaga perangkat negara lainnya:
Baik sebagai mitra pendampingan (DPR, MA, MK) dan pembantunya di kabinet. Maupun TNI dan Polri, semuanya berada di ketiaknya.
Dan sumber-sumber materialisme itu bancakan korupsi, kolusi dan nepotisme berjamaah itu berasal dari oligarki korporasi konglomerasi yang menjadi kekuasaan ke penghambaan barunya.
Budaknya, sama singkatan RRC-nya Republik Centeng Calo. Tetapi, tuan maha rajanya, adalah Republik Rakyat China.
Dasar sang Presiden itu bermental culas dan licik centeng-calo, hal paling strategis yang menjadi harga diri bangsa terjunjung tak ternilai, yaitu suatu kemandirian kedaulatan negara sepenuhnya sebegitu disepelekan:
Seremeh -temehnya dilecehkan diperjualbelikan tanahnya sama saja “cuma-cuma” karena dibandrol dengan hak “ konversi 180 tahun”: