DAERAH

Rumah Yatim Fajar Hidayah Dieksekusi, Ketua Yayasan: Penuh Rekayasa, Ada Tangan Besar yang Kita Hadapi

Bogor (SI Online) – Ketua Yayasan Fajar Hidayah, Kota Wisata, Bogor, H. Mirdas Eka Yora, menyebut ada tindakan kezaliman dan penuh rekayasa dalam kasus eksekusi bangunan milik yayasan yang dipimpinnya yang dilakukan pada Kamis, 21 Oktober 2021 kemarin.

Ia beralasan, eksekusi bangunan Rumah Yatim Piatu Fajar Hidayah yang berada di komplek Pesona Amsterdam Blok I, Desa Ciangsana, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat itu, dilakukan oleh pemenang lelang bersama segerombol orang yang notabene bukan petugas jurusita resmi dari Pengadilan Negeri Cibinong.

“Ini kezaliman, ada mafia, tangan-tangan besar yang kita hadapi,” kata Mirdas kepada sejumlah media melalui aplikasi Zoom Meeting, Jumat sore (22/10/2021).

Sebelumnya, pada Kamis (21/10), segerombolan orang dengan membawa alat berat (forklift) melakukan tindakan secara bersama sama hendak mengeksukusi bangunan rumah yatim Fajar Hidayah. Mereka bahkan menganiaya sejumlah yatim piatu yang menghuni tempat tersebut.

Ada satu anak yatim yang kakinya dilindas forklift yang mengakibatkan bagian kelingking kakinya mengalami luka. Selain itu, terjadi juga perusakan terhadap sebuah mobil Hyundai bernopol F 1020 TFE di lokasi kejadian.

Kejadian ini lantas dilaporkan ke Polres Bogor dengan laporan bernomor STBL/B/1579/X/2021/JBR/RES.BGR tentang kasus kekerasan yang dilakukan secara bersama sama terhadap orang dan atau penganiayaan pasal 170 KUHP dan atau 351 KUHP.

Asal Muasal Kasus

Pemilik sekaligus Ketua Yayasan Fajar Hidayah, Kota Wisata, Bogor, H. Mirdas Eka Yora menceritakan asal muasal terjadinya eksekusi terhadap bangunan rumah yatim milik yayasannya.

Proses eksekusi bangunan rumah yatim Fajar Hidayah, di Kota Wisata, Bogor, Kamis (21/10).

Mirdas menceritakan, pada tahun 2000-an ketika dimulai membangun sekolah untuk Yayasan Fajar Hidayah, ia kedatangan seorang pekerja bangunan bernama Abdul Syukur.

Kepada Mirdas, Syukur meminta pekerjaan sebagai tukang. Setelah diterima dan pekerjaannya baik, Syukur akhirnya ‘naik pangkat’. Menjadi mandor, kemudian sub kontraktor dan kemudian menjadi kontraktor. Selama bekerja dengan dirinya, kata Mirdas, tidak ada masalah dengan Syukur.

1 2 3Laman berikutnya
Back to top button