NUIM HIDAYAT

Rusaknya Politik Ketika Tasawuf Dihilangkan

Bila ilmu politik diramu dengan ilmu tasawuf, maka yang terlahir adalah kebaikan. Kerusakan politik dunia saat ini, termasuk di tanah air, karena memisahkan politik dengan tasawuf. Dengan diramunya kedua ilmu itu maka akan terlihat baik yang nampak maupun tersembunyi. Politik membahas hal-hal yang nampak, tasawuf membahas hal-hal yang tak tampak.

Semakin banyak pengalaman dan ilmu seseorang, biasanya makin melihat hal-hal yang tak tampak. Hal-hal yang tersembunyi dari media atau kehidupan. Bila semakin tua seseorang makin bergelut dengan hal-hal yang nampak (duniawi), menunjukkan orang itu makin jauh dari kebahagiaan akhirat.

Maka jangan heran, kalau kita perhatikan banyak para jenderal atau pensiunan, setelah masa tuanya dekat dengan masjid. Makin tua seseorang makin butuh kebahagiaan spiritual.

Walhasil, melihat politik liberal saat ini, maka aktor-aktor politik Islam jangan terhanyut dengan kehidupan materialistis saat ini. Mereka harus berusaha sekuat tenaga menampilkan diri sebagai sosok yang cerdas, akhlak mulia dan tidak ikut-ikutan lomba kemewahan. Bila mereka terhanyut ikut, maka tidak bedalah Partai Islam dengan Partai Sekuler.

Kenikmatan tertinggi dalam Islam bukanlah kekuasaan. Kenikmatan tertinggi adalah adanya hubungan yang dekat dengan Allah SWT. Kekuasaan diraih untuk mendekatkan rakyat kepada yang Maha Pencipta.

Pesan Buya Hamka, “Partai Islam boleh kalah. Tapi tak boleh salah.” Wallahu azizun hakim.

Nuim Hidayat, Penulis buku “Agar Batu Bata Menjadi Rumah yang Indah.”

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button