MAHASISWA

Saatnya Umat Islam Move On

Upaya rekonsiliasi dua kubu yang sempat diwacanakan beberapa hari yang lalu benar-benar terjadi. Ini ditandai dengan bertemunya presiden Indonesia, Jokowi dan Prabowo di MRT Lebak Bulus Jakarta. Kemudian diikuti dengan bertemunya pemimpin Gerindra itu dengan Megawati di kediamannya pada hari Selasa, 23 Juli kemarin, berlanjut dengan santap siang bersama.

Dalam pertemuan Prabowo dan Jokowi, Prabowo memberikan keterangan bahwa aksi persaingan dan saling kritik yang dilakukan selama ini adalah tuntutan politik dan demokrasi (https://nasional.kompas.com, 13 Juli 2019). Publik pun cukup dibuat terkejut, pasalnya pertemuan ini adalah pertemuan perdana setelah sebelumnya kedua kubu tersebut bersitegang selama pilpres 2019.

Pertemuan tersebut menuai berbagai pro dan kontra dari masyarakat luas. Yang pro terhadap rekonsiliasi banyak berasal dari pihak Jokowi, salah satunya diwakili oleh ketua umum GP Anshar, Yaqut Qolil Qoumas yang mengatakan bahwa pertemuan tersebut wajib disyukuri dan menjadi simbol kembali terajutnya persatuan bangsa yang sempat terkoyak karena kontestasi politik.

Di sisi lain pihak yang kontra terhadap rekonsiliasi tak sedikit berasal dari kubu Prabowo. Ungkapan kecewa terlontar karena mereka merasa dikhianati usaha kerasnya dalam memperjuangkan kemenangan dan mencarikan keadilan hukum terhadap kasus kecurangan yang merugikan kubu Prabowo-Sandi (www.suara.com, 13 Juli 2019).

Pemilu yang berakhir pahit ini seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi umat Islam. Umat akan terus dikecewakan oleh sistem demokrasi yang tidak pernah berpihak kepadanya. Politikus hanya manis di muka untuk meraup suara namun bengis di belakang demi kepentingannya. Para ulama didekati dan isu-isu Islam dipakai hanya untuk menarik simpati, tidak tulus dari hati. Lagi-lagi bicara kepentingan dan kekuasaan.

Wajar dalam sistem demokrasi selalu ada kompromi, negosiasi dan rekonsiliasi. Sebab yang diinginkan dalam sistem berasas pikiran dan hawa nafsu manusia ini bukan tegaknya kebenaran akan tetapi terakomodasinya kepentingan para elit politik. Sementara yang diinginkan umat Islam adalah tegaknya kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu selamanya Islam tidak akan berjodoh dengan demokrasi.

Kekecewaan umat ini harus segera diobati. Tentu saja bukan berharap pada seseorang ataupun pada sistem demokrasi yang nyatanya hanya memberikan harapan semu untuk perubahan hakiki. Ini adalah momen penting bagi umat Islam untuk mengevaluasi diri apakah arah dan langkah perjuangannya untuk mendapatkan kemenangan hakiki sudah benar.

Mungkin kita perlu merenung, bertanya pada diri sendiri. Jika kita menginginkan tegaknya kebenaran dan keadilan serta perubahan hakiki mestinya kita bertanya pada keimanan kita. Karena dari sanalah kita akan mendapatkan jawaban dan kebenaran dari setiap hal.

Jika kita menginginkan kemenangan hakiki dengan tegaknya Islam maka sudah semestinya cara untuk memperjuangkannya juga harus dengan Islam. Karena Rasulullah SAW sudah memberikan suri tauladan terbaik di setiap hal. Tidak terkecuali bagaimana cara memperjuangkan tegaknya Islam dengan metode yang khas. Cara perjuangan Rasulullah dalam menegakkan Islam ini yang harusnya kita runut dari buku-buku Sirah Nabawiyah muktabar, yang terpercaya dan diakui keakuratannya. Lalu kemudian kita pelajari secara mendalam. Kita berguru kepada ulama yang menguasainya dan dapat menjelaskannya kepada kita. Itulah cara yang benar. Cara perjuangan satu-satunya dari Rasulullah yang wajib kita ikuti.

Sudah sepatutnya kita bertaubat kepada Allah karena kesalahan kemarin, kesalahan berupa memperkirakan cara perjuangan yang benar menurut pikiran lemah manusiawi kita sendiri. Lalu kita memohon ampunan dan berharap hanya pada Allah semata. Bertaubat dengan sebenar-benarnya dan segera mengambil Islam sebagai satu-satunya solusi dari segala permasalahan hidup serta mengikuti metode dakwah Rasulullah agar mendapatkan kemenangan sejati. Karena jika kita taat dan senantiasa meminta kepada Allah dengan cara perjuangan yang benar yang sesuai dengan apa yang Rasulullah telah contohkan pada kita maka Allah akan memberikan kemenangan. Saat itulah saat yang tepat, karena kita telah pantas mendapatkan pertolongan dan kemenangan Allah bagi tegaknya dinullah.

Dwi Ratna
(Mahasiswa Fisika Unair)

Artikel Terkait

Back to top button