Sandiwara, Fitnah, Hoaks dan Propaganda
Di Indonesia pembangunan infrastruktur diatas hutang dan beban. Penyokong kekuasaan memuja dengan pujaan yang merdu, tetapi kritikus membongkar kegagalan infrastruktur yang dibangun di atas tumpukan masalah yang tersisa. Bobroknya pembangunan infrastruktur seperti LRT telah menyesakkan dada dari dalam Istana, hingga Wakil Presiden Jusuf Kalla berbicara secara jujur tentang biaya yang terlalu tinggi untuk pembangunan infrastruktur itu. Itu akan merugikan negara, dan kedepan bisa menjadi skandal.
Diatas pujaan Pembangunan infrastruktur, sedang terjadi usaha untuk memilintir dan mengaburkan kelemahan-kelemahan dan janji-janji yang tidak ditepati. Seperti gagalnya Mobil Esemka, ekonomi meroket yang menjadi khayalan, stop import pangan dan dalam 3 tahun akan swasembada hanya wacana. Pertumbuhan ekonomi meroket (7%), malah nyungsep (5%), buy back Indosat justru sabun yang dibeli, 10 juta lapangan kerja, sebagian besar untuk TKA ditengah angkatan sarjana kita yang menganggur. Kalau disebutkan semua maka semua akan menjadi aib yang menyeret Jokowi hingga ke bilik suara dan dengan itulah rakyat akan “mengomeli” Jokowi dengan mencoblos Prabowo.
Sebab, Mata publik selalu mengintai dari luar pagar aktivitas Istana. Dalam era sosial media seperti ini, kebohongan akan mudah untuk terverifikasi dengan cepat. Hanya rezim yang terlalu nekat untuk menciptakan janji dan kedustaan tanpa batas.
Kelemahan-kelemahan dan kekalahan narasi politik itu menakutkan. Di sosial media semua menelanjangi kegagalan-kegagalan kekuasaan. Dalam menghadapi ketakutan akan bobroknya ditelanjangi, maka dicarilah Jalan untuk menyelamatkan diri. Dan yang paling memungkinkan adalah mencari delik. Lalu bagaimana delik itu di peroleh sehingga kritikus dan ruang publik yang kritis ini bisa ditutup?
Cara pertama adalah melemparkan tuduhan-tuduhan yang serius kepada lawan politik. Ini semacam propaganda, kalau dalam Istilah Pak Joko Widodo “Propaganda Rusia”?
Propaganda apa itu? Semua orang bingung propaganda rusia itu apa!? Setelah terverifikasi propaganda Rusia itu menurut Jokowi yaitu penggunaan tenaga Asing untuk memenangkan pemilu Presiden. Tetapi Rusia geram, karena namanya disebutkan dengan argumentasi yang bernada tuduhan.
Tim sukses meralat, dengan menuduh Tim Prabowo sedang mengadu domba Jokowi dengan Rusia. Coba pembaca renungkan kegilaan ini. Tuduhan kepada Rusia keluar dari mulut Jokowi, tetapi yang dituduh adalah tim Prabowo.
Dalam ilmu propaganda, ini propaganda yang paling “norak”. Propagandis tidak akan menuduh secara vulgar, tetapi ia menggambarkan sesuatu secara samar-samar sebagai diskursus publik, lalu publik lah yang menyimpulkan sendiri. Tapi ini aneh, lawan yang ingin dituduh tetapi negara lain yang dipojokkan. Padahal tanpa menyebutkan secara “konfrontatif” publik bisa menyimpulkan melalui bantuan dari agitator yang menjelaskan tahap demi tahap, sehingga tuduhan itu mampu disimpulkan sebagai kebenaran.