NUIM HIDAYAT

Seandainya Dunia Memeluk Al-Qur’an

Para penguasa yang jauh dari tuntutan wahyu Allah akan cenderung bebuat bengis. Hitler, Lenin, Mao Ze Dong dan lain-lain adalah contoh Firaun di dunia. Ketika tumbuh Firaun, Allah ‘pasti tumbuhkan Musa’. Akan selalu ada yang menentang penguasa model Firaun.

Selain itu Al-Qur’an menyentuh manusia secara personal (personal touch). Ahli psikologi yang menyimak Al-Qur’an, akan merasakan getaran-getaran psikologis hebat di tubuhnya.

Ahli politik yang mengkaji Al-Qur’an akan merasakan bagaimana sejarah dan politik berkelindan dalam Al-Qur’an. Ahli ekonomi akan merasakan solusi Al-Qur’an yang luar biasa mengatasi masalah ekonomi di masyarakat atau negara.

Bagaimana Al-Qur’an menata masyarakat dengan zakat dan sedekah. Dengan keikhlasan dan kerjasama. Bukan dengan riba dan pajak, yang penuh dengan paksaan.

Bagaimana Al-Qur’an memberikan keoptimisan dalam perjuangan politik umat Islam. Berkaca pada kisah-kisah Nabi, para pejuang Islam tidak gentar mati memperjuangkan kebenaran. Dan ujung dari perjuangan itu adalah ‘berbondong-bondongnya’ manusia memeluk Islam.

Ujung perjuangan itu adalah ikatan yang kuat hanya kepada Allah, Tuhan alam semesta. Perjuangan yang menghancurkan penyembahan manusia dengan manusia, atau dengan makhluk lain. Ujung perjuangan itu adalah kebahagiaan akhirat, kembali kepada Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Bagaimana Al-Qur’an membimbing manusia agar tidak putus asa meniti hidup. Kesulitan apapun yang dijalani, yakinlah bahwa Allah Maha Penolong. Allah Maha Pengasih dan Penyayang selalu membimbing hambanya.

Mungkin para pejuang Al-Qur’an itu dipenjara atau disiksa (seperti para aktivis Ikhwanul Muslimin atau Hizbut Tahrir), tapi mereka merasakan kebahagiaan karena kedekatannya dengan Allah. Sebuah kebahagiaan yang tidak dinikmati oleh orang-orang yang zalim.

Apalagi para ahli sastra, maka mereka tidak akan habis kekagumannya terhadap Al-Qur’an. Susunan kata dan maknanya, pilihan katanya, pilihan kalimatnya sangat indah. Hati dan akal menjadi tercerahkan ketika menyimak Al-Qur’an.

Para pelajar yang tekun memperlajari Al-Qur’an, akan menjadi ahli sastra yang hebat. Bandingkan mereka yang tekun mempelajari Bibel. Bukan menjadi ahli sastra, malahan banyak yang pindah memeluk Islam.

Kedua, faktor Nabi Muhammad saw. Nabi Muhammad adalah sosok yang sempurna sebagai manusia. Tidak ada cacat sedikitpun dari Rasulullah. Rasul memang ‘pernah berbuat sedikit salah’, tapi Allah langsung menegurnya. Rasulullah maksum, terjaga dari kecacatan. Rasul adalah insan kamil, manusia yang sempurna.

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button