NUIM HIDAYAT

Selamatkan Dunia dengan Al-Qur’an

Meski, Al-Qur’an menganjurkan jilbab, tapi Al-Qur’an tidak membatasi bentuknya. Mau jilbab (kerudung) panjang atau pendek, terserah. Mau pakai celana atau rok terserah. Yang terpenting wanita itu tertutupi seluruh badannya kecuali wajah dan telapak tangan.

Istilah jilbab syar’i adalah adalah istilah yang salah. Jilbab itu sudah syar’i jangan ditambahi lagi dengan syar’i. Seperti tidak ada istilah shalat syar’i.

Jilbab itu sudah berat, jangan ditambah-tambah lagi dengan aturan yang lebih berat lagi. Misalnya kewajiban cadar, jilbab (kerudung) harus panjang dan seterusnya. Meski berjilbab, wanita itu juga ingin tampil modis. Menurut saya, asal tidak memperlihatkan rambut dan menonjolkan bentuk tubuh, biarin saja. Insyaallah, Allah memaafkan. Allah Maha Mengetahui dan Memaafkan. Lihatlah akhir ayat Al-Qur’an tentang kewajiban jilbab ini, Allah menyatakan ‘Wakaanallaahu ghafuurar rahiima’ (Dan Allah itu Maha Pengampun dan Penyayang). Surat al Ahzab 59.

Dan kewajiban jilbab ini turun tentu setelah seseorang itu mempunyai aqidah Islam yang kuat. Setelah seseorang itu menyadari untuk apa ia hidup di dunia ini, darimana dan mau kemana. Bila ia berjilbab hanya mengikuti trend, bisa jadi bila ‘angin kecil’ menerpanya, ia akan melepasnya. Seperti terjadi pada beberapa artis di tanah air.

Mengapa zina dilarang, apa hikmahnya? Ya memang zina enak. Menuruti syahwat itu enak. Tapi enak belum tentu bahagia. Mereka yang sering berzina, misalnya pelacur, ia tidak merasakan nikmat lagi ketika berzina. Maka jangan heran kemudian tumbuh LGBT, di masyarakat Barat yang perzinahannya merebak. Karena ketika ia sudah bosan dengan lain jenis, ia ingin merasakan berhubungan sesama jenis dan bila ia sudah bosan pula, maka ia akan berhubungan dengan binatang, seks dengan kekerasan, seks dengan obat-obatan terlarang dan seterusnya. Hingga akhirnya ia bisa mati, karena menuruti syahwat yang tidak pernah kenyang dan menuntut lebih ini.

Maka dalam Islam dibolehkan poligami, beristri lebih dari satu. Karena laki-laki memang beda dengan perempuan. Perempuan hamil, menyusui dan melahirkan, haidh, sel telur cuma satu dan seterusnya. Sedangkan laki-laki dikaruniai Allah tubuh yang lebih kuat, jumah sel sperma ratusan juta, tidak haidh dan hamil dan seterusnya.

Jadi poligami adalah jalan terbaik yang diberikan Al-Qur’an untuk terbentuknya keluarga yang sakinah.  Tapi poligami sebaiknya dilakukan bagi laki-laki yang telah berhasil mendidik atau menata keluarganya dengan bagus. Laki-laki yang tidak bisa mendidik anak atau menata keluarganya –ketika istrinya satu- bisa dipastikan ketika ia nikah lagi (poligami) akan membuat kegagalan yang kedua. Karena itu dalam Islam, suami dan istri dalam berumah tangga harus saling memahami. Suami memahami kelebihan dan kelemahan istrinya dan istri memahami kelebihan dan kelemahan suami. Istri yang salihah, ketika melihat suaminya mau nikah lagi, karena suami telah berhasil menata keluarga, ia tidak akan melarang suaminya berpoligami.

Dalam bidang ekonomi, Al-Qur’an menunjukkan kemukjizatannya. Bila kapitalisme atau sosialisme membolehkan bahkan mendasarkan pemasukan negara dari riba dan pajak, maka Al-Qur’an tidak. Wahyu dari Allah ini melarang riba dan membudayakan sedekah dan wakaf.

Ekonomi Islam mendorong adanya kebaikan hati di masyarakat, negara atau dunia. Saling memberi, saling berbagi adalah dasar ekonomi Al-Qur’an. Maka jangan heran awal-awal surat Al Baqarah, ketika berbicara tentang ciri-ciri orang bertaqwa, pertama adalah beriman kepada Yang Ghaib, kedua menegakkan shalat, ketiga berbagi rizki dan keempat beriman kepada Kitab Suci yang diturunkan Tuhan (Allah).

Maka jangan heran bila guru bangsa Tjokroaminoto menulis buku “Sosialisme Islam.” Tjokro mengkritik keras keyakinan ateis para tokoh sosialis, di saat yang sama ia mendukung sifat sosialis (bukan egois) dalam Islam.

Renungkan firman Allah dalam surat al Hasyr ayat 7 : “…Agar harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya saja di antara kamu….”. Coba kini lihat kondisi perekonomian di dunia atau negeri kita. Harta atau uang hanya beredar diantara orang-orang kaya saja. Misalnya begini, anda punya uang satu triliun di depositokan atau disimpan dalam tabungan. Maka, misalnya bunganya satu persen tiap bulan, berarti tiap bulan anda mengantongi 10 Miliar tanpa melakukan apa-apa. Begitu juga ketika anda miskin, anda tidak bisa meminjam ke bank (dalam jumlah besar), karena anda tidak punya jaminan dan seterusnya.

Pajak yang diambil dari sistem ekonomi Barat ini juga mencekik. Sekarang hampir semua barang dipajakin, sehingga barang-barang makin tinggi harganya dan rakyat miskin tidak bisa membeli, karena uangnya terbatas. Atau bahkan mereka tidak punya uang sama sekali.

***

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

BACA JUGA
Close
Back to top button