NASIONAL

Seribu Jamaah Ikuti Shalat Idulfitri Majelis Islam Rahmatan lil Alamin Ciracas

Jakarta (SI Online) – Majelis Islam Rahmatan Lil Alamin (MIRA), Ciracas, Jakarta Timur menggelar shalat Idulfitri 1440 H di Lapangan Futsl RIJ, JL PKP Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur, Selasa pagi 4 Juni 2019.

Shalat Ied diikuti lebih dari seribu jamaah, laki-laki dan perempuan, dari kawasan Jakarta Timur dan Depok. Bertindak sebagai imam shalat Ustaz Amri Simanjuntak, dan khatib Ustaz Abu Raihan.

Ketua MIRA Ustaz Leksono menjelaskan, pelaksanaan Idulfitri 1 Syawal 1440 H yang jatuh pada Selasa 4 Juni adalah berdasarkan rukyat hilal secara global. Menurut Leksono, penampakan hilal secara syar’i terjadi di sejumlah negeri-negeri muslim.

Seperti diketahui, hari ini sejumlah negeri Islam seperti Arab Saudi, Kuwait, UEA, Bahrain, Qatar, Irak, Libanon, Aljazair Turki dan kaum Muslimin di negara-negara Eropa telah merayakan Idulfitri 1440 H.

Khatib Ied, Ustaz Abu Raihan menyampaikan khotbah dengan topik “mewujudkan takwa paripurna.”

Abu Raihan mengungkapkan, Idulfitri tahun ini dirayakan umat Islam Indonesia di tengah bangsa ini dirundung beragam ujian.

“Elite politik masih terus disibukkan oleh persaingan dan perselisihan. Tampak nyata hasrat dan nafsu untuk saling berebut jabatan atau mempertahankan kekuasaan,” kata Abu Raihan.

Bukan hanya itu, Abu Raihan melanjutkan, saat ini ego pribadi, kehendak golongan, dan kepentingan partai tak jarang mendominasi. Saling sikut berebut kursi. Masing-masing siap mengorbankan apa saja. Bahkan siap mengorbankan siapa saja. Demi jabatan dan kekuasaan.

“Padahal jabatan dan kekuasaan sesungguhnya hanyalah amanah yang bisa berujung penyesalan,” kata dia.

Padahal, kata Abu Raihan, sejatinya Idulfitri lebih layak dirayakan oleh Mukmin yang puasanya melahirkan takwa.

Takwa yang dimaksud oleh Abu Raihan adalah yang memiliki empat unsur, dia antaranya: Pertama, Al-Khawf min al-Jalîl, yakni memiliki rasa takut kepada Allah SWT. Kedua: Al-‘Amal bi at-Tanzîl, yakni mengamalkan seluruh isi Alquran yang telah Allah turunkan. Ketiga: Al-Qanâ’ah bi al-qalîl, yakni selalu merasa puas/ridha dengan karunia yang sedikit. Qanâ’ah akan melahirkan sikap zuhud terhadap dunia, dan keempat: Isti’dâd[an] li yawm ar-rahîl, yakni menyiapkan bekal untuk menghadapi ‘hari penggiringan’, yakni Hari Kiamat.

“Takwa tentu harus diwujudkan tidak hanya dalam ranah individu belaka, tetapi juga pada ranah masyarakat dan negara. Inilah yang boleh disebut sebagai ketakwaan kolektif,” kata dia.

red: farah abdillah

Artikel Terkait

Back to top button