NUIM HIDAYAT

Soekarno, Pelacuran dan G30S PKI (Bag-2)

“Dalam kerja ini maka para gadis pesanan, pelacur atau apapun nama yang akan diberikan kepada mereka, merupakan orang-orang penting,” jawabnya. “Anggota lain dapat kutinggalkan. Tetapi meninggalkan perempuan macam mereka, tunggu dulu. Ambillah misalnya Madame Pompadour -dia seorang pelacur. Lihat betapa tersohornya dia dalam sejarah. Ambil pula Theroigne de Merricourt, pemimpin perempuan yang terkenal dari Prancis. Lihat barisan roti di Versailles. Siapakah yang memulainya? Para kupu-kupu malam ini.”

Soekarno melanjutkan, ”Tentara khusus ini yang semula jasanya diperlukan untuk mengambil bagian di bidang politik saja, ternyata memperlihatkan hasil yang hebat di bidang lain. Mereka memiliki daya tarik seperti besi berani. Setiap hari Rabu cabang partai kami mengadakan kursus politik dan para lelaki anggota partai akan datang beramai-ramai apabila mereka dapat melepaskan pandang pada tentaraku yang cantik-cantik itu. Jadi aku tentu harus mengusahakan agar mereka selalu datang setiap minggu. Tidak hanya lawan-lawanku yang menjadi tamu para perempuan ini. Anggota partai kami sendiri juga sering berkunjung untuk memenuhi kebutuhan biologisnya.” (Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Yayasan Bung Karno, Jakarta, 2018). [BERSAMBUNG]

Nuim Hidayat, Direktur Forum Studi Sosial dan Politik

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button