Soekarno, Yusuf Qaradhawi dan …
Di masa Soekarno kaum komunis merajalela.
Keempat, Soekarno membubarkan partai Islam Masyumi. Padahal partai Masyumi adalah partai yang sah di negeri ini. Banyak tokoh tokoh Masyumi yang berperan besar dalam kemerdekaan bangsa ini. Hanya karena ada beberapa tokoh Masyumi terlibat dalam PRRI, Masyumi dibubarkan.
Bila kita cermati sejarah, pembubaran Masyumi dilakukan Soekarno (didukung PKI), karena partai yang sangat berpengaruh di tanah air, setelah PNI adalah Masyumi. Masyumi menguasai perolehan suara merata di hampir seluruh daerah di tanah air. Sedangkan PNI kebanyakan di Jawa suaranya dalam pemilu 1955. Masyumi dibubarkan pada 1960.
Pembubaran Masyumi diikuti dgn pembubaran Harian Abadi milik Masyumi. Padahal harian itu tersebar di seluruh tanah air dan menjadi pegangan mayoritas kaum Muslim Indonesia.
Kelima, Soekarno memenjarakan tokoh-tokoh Masyumi. Mulai dari Mohamad Natsir, Hamka, Kasman Singodimedjo dll. Penguasa ini tidak ingin tokoh-tokoh Islam menghalangi rencananya ‘berkonspirasi’ dgn tokoh-tokoh PKI.
PKI (dan mungkin juga Soekarno) melihat bahwa yang mengganggu pemerintahannya selain Masyumi adalah para Jenderal. Nasution cs. Karena itu jangan heran bila kemudian PKI membunuh para jenderal.
Apakah Soekarno tahu atau terlibat dlm pembunuhan para jenderal itu? Disinilah para sejarawan berbeda pendapat.
Yang menarik buku Kudeta 1 Oktober 1965 dari sejarawan Victor M Fic. Menurutnya pada awal Agustus 1965 Aidit bertemu Ketua Partai Komunis Cina, Mao Tse Tung. Mao memberi perintah kepada Aidit untuk melaksanakan ‘putsch’ dengan cara memangkas pucuk pimpinan Angkatan Darat yang anti komunis, kemudian membawa Soekarno ke Cina untuk beristirahat total (karena penyakitnya).
Fic kemudian mengutip pidato Soekarno di depan Musyawarah Besar Tehnisi di Istora Senayan pada 30 September 1965 malam hari, beberapa jam sebelum Letkol Untung memulai Gerakan 30 September 1965.
Kata Soekarno, “Ini cerita Mahabharata yang hebat antara dua negara, negara Hastina dengan negara milik Pendawa. Dua negara ini konflik hebat. Tetapi pimpinan-pimpinan dan panglima-panglima Hastina itu sebenarnya masih keluarga dari pemimpin-pemimpin dan panglima-panglima Pendawa. Jadi masih saudara satu sama lain. Arjuna yang harus mempertahankan Pendawa, yang harus bertempur dengan orang-orang Hastina, Arjuna berat dia punya hati karena ia melihat di barisan tentara Hastina itu banyak ipar-iparnya, karena istri Arjuna itu banyak lho. Bahkan gurunya ada di sana, guru peperangan Durno ada di sana.
Arjuna lemas, lemas, lemas. Bagaimana aku harus membunuh guruku sendiri. Bagaimana aku harus membunuh saudara kandungku sendiri, karena Suryoputro sebetulnya keluar dari satu ibu. Arjuna lemas, Kreshna memberi nasihat kepadanya. Arjuna, Arjuna, Arjuna engkau ini ksatria. Tugas ksatria adalah menyelamatkan, mempertahankan tanah airnya. Ini adalah tugas ksatria. Ya benar di sana ada engkau punya saudara sendiri. Engkau punya guru sendiri. Mereka itu mau menggempur negeri Pendawa, gempur mereka kembali. Itu adalah tugas kewajiban tanpa hitung untung atau rugi. Kewajiban kerjakan.”
Semoga Allah mengampuni dosa-dosa Soekarno yang meninggal dalam keadaan Muslim. Wallahu a’lam bishawab. Amiin. []
Nuim Hidayat, Direktur Akademi Dakwah Indonesia, Depok.