Surat Terbuka kepada Paus Fransiskus di Vatikan
Bibel bahasanya ruwet, berliku-liku dan bahasa simbolnya ‘sedikit’. Banyak pertentangan ayat di dalamnya. Maka jangan heran Bibel sulit dihafal manusia. Bandingkan dengan Al-Qur’an yang dari abad ke abad, ribuan orang hafal Al-Qur’an, kata per kata.
Perubahan kata dalam Bibel juga menjadi pertanyaan besar. Kitab suci kok berubah-ubah? Misalnya dulu di Bibel yang dilarang Babi sekarang diganti yang dilarang babi hutan. Dulu di Bibel nama penguasa alam semesta adalah Tuhan (God), kini Bibel Indonesia berubah menjadi Allah, meniru kitab suci umat Islam.
Persekongkolan kaum Gereja dengan politisi ternyata terjadi lagi ketika presiden AS George W Bush berkuasa. Maka jangan heran Bush saat itu berkata (meski kemudian dikoreksi) bahwa perang melarang teroris adalah perang salib. Dan Bush dkk juga tak segan-segan membunuh lebih dari satu juta orang Muslim Irak dan menghancurkan masa depan anak-anak Irak (dan Afghanistan).
Sebelum Bush, elite Kristen (dan Yahudi) di Amerika juga melakukan persekongkolan untuk menciptakan sebuah negara di Timur Tengah yang menganggu negara-negara Arab. Timor Tengah terus digoncang perang oleh mereka, agar Israel tidak diganggu negaranya. Bahkan mereka menempatkan kapal induk dan pasukan perangnya di Timur Tengah, agar sewaktu-waktu bila Israel diganggu mereka dengan mudah mengirimkan pasukan dan pesawat tempurnya ke Israel.
Begitulah Bapak Paus Paulus, kalau syahwat kekuasaan menjadi tujuan utama, maka nyawa manusia seperti tidak ada artinya. Membunuh jutaan manusia dianggap biasa saja.
Padahal Al-Qur’an menyatakan membunuh satu manusia yang tidak bersalah, seperti membunuh seluruh manusia di bumi. Al-Qur’an menyatakan, ”Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.” (QS al Maidah 32).
Al-Qur’an tidak boleh diterjemahkan lengkap tanpa memunculkan bahasa aslinya (Bahasa Arab). Sedangkan Bibel sampai kini ‘tidak ditemukan Bahasa aslinya’ atau tidak ditemukan manuskrip lengkapnya. Sehingga BIbel dengan enaknya diubah-ubah menurut bahasa wilayah setempat. Ahli Bahasa tentu tahu ketidaksamaan ‘makna dan rasa bahasa’ antara Bahasa asli dan Bahasa terjemah.
Kekacauan Bibel nampak nyata ketika menggambarkan para Nabi. Para Nabi adalah ‘role model’ yang diturunkan Allah kepada manusia. Nabi adalah sang teladan bagi manusia lain. Tapi Bibel tidak. Dalam Bibel, Nabi Luth dan Nabi Daud berzina. Ini adalah tuduhan yang luar biasa dan ini menunjukkan kesalahan yang sangat fatal di Bibel.
Mereka yang mempelajari BIbel dengan seksama, tidak akan menjadi ahli sastra dan bisa bingung sendiri nantinya. Tapi mereka yang mempelajari dengan seksama Al-Qur’an akan menjadi ahli sastra dan ilmuwan yang hebat.
Bagi mereka yang sungguh-sunguh dengan ikhlash mempelajari Al-Qur’an, insyaallah akan masuk Islam. Kenapa para orientalis yang mempelajari Bahasa Arab/Al-Qur’an tidak masuk Islam? Ya karena mereka mempelajarinya tidak ikhlash untuk mencari kebenaran. Mereka mempelajari dengan niat sombong untuk merendahkan kaum Muslimin. Mereka dihinggapi penyakit Iblis yang menolak ‘bersujud kepada Adam’ karena merasa lebih mulia diciptakan dari api. Sementara Nabi Adam diciptakan dari tanah.
Jiwa Iblis sombong inilah yang harus kita hancurkan dalam diri kita. Sombong ini membuat api perpecahan di kalangan manusia. Jiwa sombong ini bisa mengakibatkan manusia saling membunuh satu sama lain. Dan inilah yang diingatkan Al-Qur’an dalam awal-awal surat Al-Baqarah.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.