MUHASABAH

Surat Terbuka untuk Para Ulama, Kiai, Ilmuwan, Intelektual, dan Tokoh Islam

Sebelum mengritik hukum waris Islam itu, rupanya ada peristiwa, Rektor IIQ (Intitut Ilmu Al-Qur’an) di Jakarta Prof KH Ibrahim Hosen, LML yang juga Ketua Komisi Fatwa MUI berpidato di IIQ depan IAIN Jakarta. Isinya mempertanyakan ayat 11 Surat An-Nisa’. Kemudian ketika beliau (Ibrahim Hosen) terbang dengan pesawat Hercules dalam rombongan sebagai dewan hakim MTQ Nasional di Pontianak 1985, saya temui Pak Ibrahim Hosen itu di atas pesawat, saya katakan, pidatonya tentang mempertanyakan ayat 11 Surat An-Nisa’ itu disanggah Pak HM Yunan Nasution dari Dewan Da’wah di Majalah Suara Masjid, ini majalahnya, saya tunjukkan ke beliau. Langsung beliau gelagapan, dan spontan bilang, saya hanya disuruh oleh Pak Munawir Menteri Agama.

Belakangan, justru Pak Ibrahim Hosen selaku Ketua Komisi Fatwa MUI sangat gencar membantah Pak Munawir Menag, soal ayat 11 Surat An-Nisa’ yang dianggapnya tidak adil itu. Bantahan Pak Ibrahim Hosen pun disertai dalil-dalil dan hujah yang cukup telak, dimuat di Harian Pelita.

Sementara waktu, di masyarakat, umat Islam sagat antusias untuk mengkaji Islam, terjadi seminar, diskusi, dan pengajian mengenai hal tersebut dan hal-hal lain yang dirasa mengusik Islam, berlangsung bertahun-tahun. Tetap ramai. Bahkan media-media Islam pun sangat ramai soal itu.

Di tengah ramainya suasana pengkajian Islam di mana-mana itu, setelah tahun 1990 kemudian ada peristiwa dunia, Muslim Bosnia diserang Serbia (Kristen Ortodoks) dengan brutalnya, maka umat Islam Indonesia sangat gencar mengadakan pengajian dan penggalangan dana untuk membantu Muslim Bosnia yang diserang oleh Serbia  (Kristen Ortodoks). Penyerangan terhadap Muslim Bosnia itu bertujuan untuk menjadikan Serbia jadi Serbia Raya. Lagi-lagi Menag Munawir Sjadzali menyatakan, perang Bosnia bukan perang agama. Namun justru kata-kata Menag Munawir itu menjadikan makin bersemangatnya umat Islam untuk mengadakan pengajian-pengajian dan penggalangan dana untuk membantu Muslim Bosnia. Bahkan belakangan Presiden Soeharto membangun Masjid di Bosnia, beliau resmikan pula dengan datang ke sana, dan diberi nama Masjid Muhammad Soeharto.

Dari kejadian-kejadian itu, masjid-masjid dan mushalla-mushalla di Indonesia yang tahun 1980-an banyak yang siang hari tutup, dikunci dan tidak ada shalat berjamaah, kemudin setelah tahun 1990 itu hampir semua masjid dan musholla buka untuk shalat jamaah lima waktu. Alhamdulillah.

Bahkan dengan diresmikannya organisasi intelektual Muslim ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), umat Islam tambah semarak, di dalam negeri maupun luar negeri (masyarakat Islam Indonesia di luar negeri). Ditambah pula kegitan-kegiatan Islam seperti penataran ekonomi Islam, seminar-seminar Islam di mana-mana, di dalam negeri maupun cabang-cabang ICMI di luar negeri. Besan saya yang menjadi penatar ekonomi Islam tingkat nasional, sangat sibuk menatar para intelektual Islam tentang ekonomi Islam di berbagai kota di Indonesia dan negara-negara luar.

Demikian pula, jamaah haji tahun 1980-1990 rata-rata tiap tahunnya hanya 40.000 orang per tahun, dan maksimal mencapai 81.000 orang karena sebelumnya dikabarkan akan haji akbar. Namun setelah tahun 1990, melonjak jadi 120.000-an orang per tahun, bahkan kini 200.000-an orang per tahun, dan harus ngantri berpuluh tahun.

Apakah itu hasil dari para ulama, intelektual, dan para tokoh Islam?

Itu atas kehendak Allah Ta’ala tentu saja, tetapi yang jelas, masing-masing amal telah dicatat, dan akan dipertanggung jawabkan di akhirat.

Hanya saja, perjuangan itu tidak harus berhasil. Sekalipun tidak ada hasilnya sama sekali, namun amal kebaikan, perjuangan Islam, tetap tercatat dan untuk bekal di akhirat. Sedangkan nabi saja, ada yang sama sekali tidak punya pengikut, menurut hadits Bukhari. Jadi berjuang tanpa hasil itu bukan soal. Apalagi memang bila yang dihadapi misalnya sudah tergambar tidak akan ada hasilnya.

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button