Surat Terbuka untuk PM Israel Benjamin Netanyahu
Pemimpin-pemimpin Arab terkesima dengan orang-prang Amerika yang ‘pintar-pintar’. Mereka bagai kerbau dicocok hidungnya selalu menjadi pak turut bagi Amerika.
Yang mengejutkan Amerika adalah revolusi Islam Iran tahun 1979. Amerika terkejut. Karena Amerika sudah mendukung penuh Syah Reza Pahlevi presiden Iran, tapi ia bisa digulingkan. Maka jangan heran ketika masyarakar Islam Iran dengan para ulamanya menggulingkan presidennya, Reza Pahlevi langsung ngacir ke Amerika.
Ilmuwan (orientalis) Amerika tahu bahwa Iran adalah Syiah. Saudi dan banyak negara Arab adalah sunni. Maka Amerika kemudian membuat siasat untuk mengadu domba islam, sunni syiah. Tidak lama setelah ulama-ulama Iran menguasai negerinya, Amerika langsung melobi Irak untuk memerangi Iran. Dan terjadilah perang Iran Irak dalam waktu yang lama.
Perang Iran Irak selesai, Amerika melobi Saudi untuk memerangi Irak. Karena Saddam Husseinn dianggap membahayakan Israel, karena angkatan perangnya yang cukup kuat. Saddam sendiri adalah pemimpin yang zalim, ia banyak membunuh ulama dan rakyatnya sendiri.
Disitulah Amerika dengan liciknya, ketika Saddam mulai ingiin menguasai negara-negara Arab di sekitarnya (menginvasi Kuwait), Amerika melobi Saudi agar berani berperang melawan Irak. Kami yang berada di depan, anda di belakang saja, begitu kata jenderal-jenderal Amerika.
Dan Saudi pun yang memang ‘boneka Amerika’ nurut saja. Maka diseranglah Irak dan Saddam akhirnya mati kutu.
Untuk menjaga keamanan Israel, maka Amerika harus membuat konflik yang terus menerus di Timur Tengah. IIlmuwan dan intelijen Amerika memainkan kartu Sunni Syiah. Saudi dilobi terus agar mengampayekan ke seluruh dunia, mengirim dai, membuat buku-buku untuk menyerang Syiah. Menyerang Iran. Bila Iran menyatakan bahwa mereka anti Israel. Para dai yang pro Saudi menyatakan bahwa itu ulama-ulama Irak sedang taqiyah. Para dai yang pro Saudi ini seperti menutup mataa bagaimana Hizbullah perang dengan darah dan air mata melawan Israel dan agen-agennya di seluruh dunia.
Para dai yang pro Saudi ini tidak membaca karya-karya ullama Islam Iran yang bagus seperti Ali Syariati, Murtadha Mutahari dan lain-laiin. Mereka tidak sadar sedang diadu domba oleh Amerika dan Israel. Mereka tidak sadar bahwa permusuhan Sunni Syiah di Timur Tengah adalah rekayasa ilmuwan-ilmuwan Yahudi dan Nasrani. Mereka tidak sadar bahwa perbedaan Sunni Syiah adalah di level sahabat, bukan di level Nabi (Muhammad saw). Beda dengan perbedaan Islam dengan Kristen, Yahudi dan agama-agama musyrik lainnya.
Tapi begitulah manusia. Manusia awam melihat perbedaan, manusia pemimpin melihat persatuan. Pemimpin melihat irisan-irisan ideologi/faham yang dapat menyatukan kawan, memperlemah lawan. Manusia-manusia awam kebanyakan menjadi pak turut, tidak mampu meneropong ‘dengan detil’ kelebihan dan kelemahan musuh.
Pemimpin mencari solusi, dengan memberiikan strategi atau cara baru dalam mengatasi masalah. Manusia-manusia awam menuruti pemimpin yang dikaguminya. Mereka tidak terlatih berfikir kritis. Menganggap bahwa pemimpin yang dikaguminya tidak mungkin salah.
Padahal Rasulullah Saw mengajarkan tidak ada yang maksum (suci dari dosa) di dunia ini, kecuali para Rasul. Semua manusia, termasuk pemimpiin, ada kemungkinan berbuat salah.