INTERNASIONAL

Taliban Kuasai Istana Presiden, Afghanistan Kembali Merdeka

Kabul (SI Online) – Kelompok pejuang Taliban telah menduduki Istana Kepresidenan Afghanistan di Kabul. Kelompok itu mengatakan perang telah berakhir dan mengeklaim telah memerdekakan Afghanistan dari pasukan asing.

Perang Amerika Serikat (AS) dan sekutu NATO-nya di Afghanistan sudah berlangsung 20 tahun sejak kepemimpinan Taliban digulingkan dalam invasi tahun 2001 silam. Sejak tahun itulah, pemerintahan baru Afghanistan dibentuk dengan sokongan Amerika Serikat meski perlawanan Taliban tak berhenti.

Penarikan tentara AS dan sekutu NATO-nya dari Afghanistan telah memudahkan Taliban kembali berkuasa.

Juru bicara Taliban Mohammed Naeem mengatakan kepada Al Jazeera dari Istana Presiden pada Ahad malam (15/08) bahwa perang di Afghanistan telah berakhir.

Baca juga:

“[Kami] telah mencapai tujuan untuk mengamankan kebebasan negara kita dan kemerdekaan rakyat kami,” katanya.

Dia menambahkan bahwa kelompoknya tidak mengharapkan pasukan asing untuk mengulangi kesalahan dengan menginvasi Afghanistan. Dia menegaskan pasukan koalisi pimpinan AS sudah gagal.

Kelompok Taliban kemudian bersumpah untuk “menangani keprihatinan masyarakat internasional melalui dialog.”

Meskipun Ibu Kota Afghanistan, Kabul, diambil alih Taliban tanpa pertumpahan darah setelah kaburnya Presiden Ashraf Ghani, laporan tentang eksekusi dan pembalasan dengan kekerasan terhadap mereka yang setia kepada pemerintah Ghani membayangi pawai serangan kilat Taliban di ibu kota.

Untuk masalah ini, Juru bicara Taliban mengatakan bahwa kelompoknya akan menawarkan amnesti kepada mantan loyalis pemerintah, dan akan melindungi kedutaan asing dan misi diplomatik mereka di Afghanistan.

Kaburnya Ashraf Ghani yang tiba-tiba juga mengejutkan Taliban. Setelah pelariannya, mantan pembantu presiden lebih dari bersedia untuk membuat transisi yang mudah ke pemerintahan Taliban.

“Dengan senang hati saya melakukan proses penyerahan Istana Kepresidenan kepada pejuang Taliban, dan dengan senang hati saya proses ini dilakukan tanpa pertumpahan darah,” kata seorang mantan pengawal Ghani kepada Al-Jazeera tanpa disebutkan namanya, dari dalam istana. []

Artikel Terkait

Back to top button