NUIM HIDAYAT

Tarbiyah Politik Imam Hasan Al Banna

Menurut Syekh Yusuf Al Qaradhawi, Hasan Al Banna bukan hanya seorang ulama. Tapi juga seorang dai, pembaharu, pemimpin dan murabbi (pendidik). Ia seorang pendidik yang sukses baik secara teori maupun praktik. Ini karena ia mempunyai kejelian dan kejelasan dalam pandangan, hati yang lapang, pikiran yang terbuka, lisan yang fasih, wajah yang bercahaya, firasat yang tajam dan unik, ilmu yang luas dan keahlian teknis dan kemasyarakatan.

Bila bertemu dengan orang, ia senantiasa meninggalkan kesan baik dan membekas. Seperti perkataan sang Imam sendiri,”Ciri-ciri seorang saleh adalah meninggalkan kesan baik di setiap tempat yang ia datangi.”

Pendidikan dalam pandangan Imam al Bana, mempunyai dua karakter khusus, yaitu: at-Takaamul (saling menyempurnakan) dan at-Tawaazun (keseimbangan).

Baca juga: Hasan al-Banna, Lelaki yang Patut Diteladani

Arti at-Takaamul adalah tarbiyah yang dilakukan haruslah komprehensif, menyeluruh, tanpa menganulir satu bagian dengan bagian yang lain. Tarbiyah harus dilakukan dengan memperhatikan aspek ruhani dan jasad, akal dan perasaan, jiwa dan hati. Seluruhnya bekerja dalam membentuk kepribadian Islam yang sempurna. Ruhani dilatih dengan ubudiyah, tubuh dibina melalui olahraga, akal diasah dengan wawasan ilmu, akhlak dihiasi dengan keutamaan, ruang sosial diisi dengan keterlibatan dalam berkhidmah pada masyarakat, aspek politik ditunaikan dengan memberi kesadaran terhadap ragam permasalahan negara dan umat Islam.

Sedangkan makna at-Tawaazun adalah tarbiyah memberikan semua sisi ajaran Islam haknya, tanpa ada yang dikurangi. Tidak ada satu sisi yang mengalahkan sisi yang lain. Tidak boleh timpang tindih sehingga ada hak yang tidak terpenuhi. Bahkan dikatakan kepada orang yang telah melewati batas: Berhentilah kamu pada batas itu. Komitmenlah jalanmu yang lurus.

Salah satu hal yang sangat penting yang ditekankan Hasan Al Banna adalah tarbiyah siyasiyah atau pendidikan politik. Aspek ini banyak terabaikan oleh kalangan agamawan dan organisasi keagamaan Mesir pada saat Al Bana hidup. Aspek ini terkait dengan urusan pemerintahan, sistem negara, hubungan antara pemerintah dan rakyat, hubungan antarnegara Islam dan non Islam, penyikapan terhadap penjajah yang merampok tanah air, sikap terhadap partai-partai politik, pandangan terhadap hukum dan undang-undang, syura dan demokrasi dan berbagai masalah lainnya.

Saat itu di Mesir tumbuh partai-partai sekuler. Partai-partai yang mempunyai slogan memisahkan agama dari negara. Partai-partai itu adalah Partai al Wathan, Partai al Ummah, Partai al Wafd dan partai ad Dustur. Partai-partai itu juga menganut faham nasionalisme yang sempit. Mereka merayakan tradisi jahiliyah yang lampau, seperti Firaunisme di Mesir, Finkisme di Suriah dan Ashuriyah di Irak.

Hasan Al Banna masuk dalam peperangan keras untuk menolak berbagai paham yang keliru tentang hubungan antara agama dan politik/negara. Sang Imam menyerukan bahwa negara tidak bisa dipisah dengan agama (Islam). Dalam salah satu risalahnya ia menyatakan,”Jika kalian ditanya, kemana kalian menyeru? Katakanlah kami menyeru kepada Islam yang didatangkan oleh Rasulullah Muhammad Saw. Dan pemerintahan adalah bagian darinya. Serta kebebasan adalah diantara kewajibannya. Jika dikatakan kepada kalian: “Ini adalah politik.” Katakanlah: Kami tak mengenal pembagian seperti itu.”

Hasan Al Banna menjawab kepada orang yang mengatakan,”Sesungguhnya al Ikhwan al Muslimun adalah organisasi politik dan seruan yang mereka kumandangkan adalah kampanye politik.”

Al Bana mengatakan,”Wahai kaum kami, sesungguhnya kami menyeru kalian kepada Al-Qur’an yang ada di tangan kanan kita dan Sunnah di tangan kiri kita. Kami menyeru pada perilaku salafush shalih dari generasi umat yang menjadi teladan kami. Kami menyeru kalian pada Islam dan nilai-nilai Islam serta hukum Islam. Jika ini kalian anggap sebagai politik, maka itulah politik kami. Jika yang diserukan untuk kalian adalah kepada prinsip itu disebut politik, maka kamilah orang yang –alhamdulillah- paling politik. Jika kalian namakan itu adalah politik, maka katakanlah apa yang kalian kehendaki. Label dan sebutan itu takkan membahayakan kami, jika label itu sudah terlihat jelas dan terungkap tujuannya.”

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button