REMAJA

Tawuran Pelajar, Eksistensi Salah Jalan

Tawuran kembali pecah. Setelah sebelumnya terjadi pelemparan diduga bom di halaman SMK PUI. Kini sekelompok remaja saling menyerang pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada di Jalan Perjuangan pada Rabu sore sekitar pukul 17.45 WIB (7/8). (Radarcirebon, 7/8/2019). Masih belum jelas pencetus terjadinya tawuran ini.

Sementara beberapa waktu sebelumnya, kabar penyerangan menggunakan bahan peledak diduga bom, disampaikan Kepala SMK PUI Kota Cirebon Drs H A Halim Falatehan MM, “Saya dengar ada empat ledakan. Saya yakin itu bom molotov. Ledakannya besar sekali. Kaya ban pecah. Dilemparkan ke arah sekolah. Jatuhnya di halaman. Benda tajam seperti paku beton ditemukan di dekat terduga bom molotov tadi. (Radarcirebon, 30/7/2019).

Polres Cirebon Kota masih mencari cara untuk menghentikan aksi tawuran dan penyerangan terhadap sekolah yang marak terjadi beberapa waktu belakangan ini. Sebagai solusi jangka pendek, menerjunkan anggota pengendali massa (dalmas) di titik-titik rawan terjadi tawuran. Upaya pencegahan tawuran juga dengan menempatkan personel polisi dan satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) di jam-jam rawan yaitu jam 10 sampai jam 13 siang

Kepala Bidang Perlindungan Anak Dinas Sosial Kota Cirebon Haniyati menganggap, persoalan tawuran bukanlah persoalan sederhana. Diperlukan peran semua pihak untuk memikirkan dan mencari solusi atas persoalan tersebut. Demikian disampaikan saat menghadapi tawuran Sekolah Menengah Kejuruan Persatuan Umat Islam (SMK PUI). (Radarcirebon, 2/8/2019).

Aktivitas ini meresahkan warga. Sebab tidak hanya merusak sarana dan prasarana umum, juga menyakiti dan memakan korban yang banyak. Aksi tawuran setiap saat bertransformasi ke dalam bentuk baru, dengan senjata yang beraneka ragam. Hingga akhirnya menjurus kepada kasus kriminal yang serius ketika terjadi pembunuhan.

Tidak hanya di Cirebon, di kota lainnya pun tawuran pelajar acap kali terjadi. Tawuran tidak terjadi dengan sendirinya, ia merupakan efek samping dari penerapan sekularisme. Menjauhkan Islam dari pengurusan umat, membuat generasi menjadi gamang. Di usia muda, masa transisi mencari jati diri. Bisa berakibat fatal jika tokoh yang menjadi panutan, jauh dari Islam.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat kasus tawuran di Indonesia meningkat 1,1 persen sepanjang 2018.Komisioner Bidang Pendidikan KPAI Retno Listiyarti mengatakan, pada tahun lalu, angka kasus tawuran hanya 12,9 persen, tapi tahun ini menjadi 14 persen. (Metro.Tempo.co, 12/9/2018). Belum ada data untuk tahun 2019.

Kepribadian muslim yang seharusnya melekat, tercerabut oleh penerapan sistem pengurusan umat yang salah. Padahal dalam Islam, mudah sekali membentuk kepribadian yang baik. Yaitu dengan membentuknya melalui aqliyah dan nafsiyah, pola pikir dan pola sikap Islam. Pada negara yang diterapkan Islam, kepribadian Islam akan terbentuk dan terjaga.

1 2Laman berikutnya
Back to top button