Tawuran Pelajar, Eksistensi Salah Jalan
Dalam iklim sekularisme, yang terjadi justru sebaliknya. Generasi muda bingung menjadi pribadi yang seperti apa. Sosok idola yang mereka kagumi, tidak datang dari Islam. Sementara perasaan mereka Islam. Ajaran agama yang dibentuk dalam keluarga, menjadi tidak sinkron ketika menghadapi persoalan kehidupan. Apalagi, solusi yang ditawarkan penguasa, bukan solusi Islam.
Serangan kebebasan menghantam tubuh umat setiap waktu di seluruh lini kehidupan. Anak-anak hingga orang dewasa digiring ke arah kebebasan. Bebas berperilaku tanpa rambu-rambu syariat. Hal ini jelas bertentangan. Dalam Islam tidak ada yang bebas. Seluruh aktivitas manusia terikat dengan hukum syara’. Berekspresi pun tidak bisa semaunya.
Maka saat pelajar mengekspresikan dirinya, perlu diwaspadai. Sebab bisa jadi hal ini bertolak dari sekularisme. Tawuran sebagai ajang unjuk gigi. Masa muda dengan segala potensi kekuatan fisik dan semangat yang tinggi, hanya diarahkan untuk membuat onar. Padahal di masa kejayaan Islam, kaum muda telah menunjukkan kemampuannya membela agama Allah.
Zaid bin Haritsah, Barra’ bin Azib, Zid bin Arqam, Sa’ad, Abu Sa’id Al-Khudriy, Abdullah bin Umar dan disebut juga Jabir bin Abdillah, adalah anak muda usia belia yang bersemangat ingin berjihad membela Islam pada Perang Uhud. Akan tetapi karena masih terlalu kecil, Rasulullah melarang. (Al-Mustadrak no. 2349, shahihul isnad disepakati oleh Adz-Dzahabi).
Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu berkata, ”Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam menunjukku untuk ikut serta dalam perang Uhud, yang ketika itu usiaku empat belas tahun. Namun beliau tidak memperbolehkan aku. Dan kemudian beliau menunjukku kembali dalam perang Khandaq, yang ketika itu usiaku telah mencapai lima belas tahun. Beliaupun memperbolehkanku”. (HR. Al-Bukhari no. 2664, Muslim no. 1868).
Mengembalikan Islam ke tengah umat adalah satu-satunya cara mengatasi tawuran pelajar. Penguasa akan menutup seluruh akses kebebasan. Akan tumbuh pribadi baik di tengah umat yang bisa menjadi teladan bagi para pelajar. Generasi muda pun terjaga dengan kepribadian (syakhsiyah) Islam, tidak akan mudah terbawa arus kerusakan. Sehingga ia akan mengisi waktunya untuk berprestasi membangun peradaban. Wallahu’alam.
Lulu Nugroho
Muslimah Penulis dari Cirebon