#Menuju Pilpres 2024RESONANSI

‘The Three Musketeers’ Baru

Ada seorang pemimpin bagi ketiga unsur kekuatan yang dipersonifikasi ketokohan Athos, Porthos dan Aramis itu yang di sampul keras depannya ada motto yang sungguh sangat menginspirasi jika menjadi motto kekuatan di KPP “Satu untuk Semua, Semua untuk Satu” itu:

Seorang ahli strategi politik yang selalu menjadi perekat dan pendamping ketiga unsur kekuatan itu agar tetap terjaga dalam keteguhan dan kekokohan soliditas, memiliki konsistensi komitmen, serta semangat mewujudkan unity , kesatuan dan persatuan:

Sosok bangsawan Perancis di abad XIV-XV saat Raja Louis XII berkuasa di Prancis menghadapi perseteruan peperangannya dengan kerajaan Inggris, adalah bernama D’Artagnan.

D’Artagnan itu sama halnya dengan sosok tokoh Surya Paloh yang selalu memberikan pengarahan yang bersifat merekatkan persatuan, bijak, baik, jujur dan adil.

Juga bersikap strategik, taktis dan praksis dalam menjalani perjuangan dan kejuangan peperangan serta pertempurannya menghadapi kerasnya “perseteruan kompetisi” Pilpres 2024 yang sangat tidak mudah dan berat itu.

D’Artagnan menjalani keberhasilan perjuangan berliku dan penuh intrik bersama Three Musketeers itu nyaris mempersatukan Inggris dan Prancis seandainya saja jadi meminang ratu mahkota kerajaan Inggris, Putri Anne kekasihnya.

Sekarang “The New Three Musketeers” tengah memperjuangkan untuk memastikan kemenangan Anies-Cak Imin, Presiden dan wakilnya itu di Pilpres 2024.

Selanjutnya, perjuangan dan kejuangan pasukan-pasukan SP bersama unsur kekuatan “The New Three Musketeers” tengah menggelorakan pergerakan pemenangan Anies-Cak Imin dalam Gerakan Menang Satu Putaran (disingkat: Gempar ) yang memang harus dibuat menggemparkan untuk mengakselerasi bergeraknya seluruh unsur dan komponen kekuatan pasukan-pasukan The New Three Musketeers itu.

Tujuannya, selalu adanya kesiapan total bilamana terjadinya perubahan dan pergeseran dinamika politik: apa berlangsung di satu putaran; dua putaran; boleh jadi bakal menhadapi bergabungnya antara Prabowo-Ganjar keduanya hasil produk “haram” politik cawe-cawe Presiden Jokowi dengan membentuk koalisi raksasa (PDIP, Golkar dan Gerindra).

Juga yang tidak kalah membahayakan, adalah dukungan finansial tak terbatas dari para taipan oligarki korporasi Sembilan Naga plus RRC Tiongkok menebar dan menyebar kampanye hitam “money politic”.

Tetapi, justru yang paling sangat membahayakan, adalah musuh yang tidak kasat mata.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button