SUARA PEMBACA

Ulama Garda Terdepan Tolak OBOR

Megaproyek One Belt One Road (OBOR) Cina dimulai sejak tahun 2013. Tujuan OBOR tak lain adalah untuk membangun infrastukur lintas benua guna memperluas jaringan dagang menuju Eropa , Asia Tenggara, Asia Tengah, baik melalui darat maupun laut. Investasi dan pinjaman pun dikucurkan di berbagai negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam seperti Afrika, Amerika Latin dan Asia.

Hal tersebut mereka lakukan untuk memperluas pasaran ekspor serta mendapatkan jaminan akan pasokan bahan baku dan energi dalam jangka panjang. Selain itu, Cina berharap akan mendapatkan keuntungan berupa donasi ekonomi dan politik dunia. OBOR menjadi alat untuk mewujudkan ambisi Cina dan mimpi besar Cina sebagai negara digdaya.

Dan Indonesia menjadi sasaran besar Cina dalam lingkaran OBOR. Ada 28 proyek besar senilai USD 91,1 milyar sekitar Rp1.295,8 triliun yang di tawarkan. Namun hanya 23 proyek yang disepakati untuk masuk dalam OBOR. Proyek-proyek tersebut dibagi menjadi dua. Kelompok yang pertama mencakup empat koridor wilayah yakni di Sumut, Kaltara, Sulawesi Utara dan Bali. Kelompok kedua mencakup proyek di wilayah Sumatra Selatan, Riau, Jambi dan Papua. (Bisnis.com, 22/3/2019).

Proyek OBOR Cina yang sudah berjalan di antaranya infrastruktur tol darat, jalur kereta cepat Jakarta – Bandung yang menelan utang 4,5 M USD, pembangunan kawasan industri Tanah Kuning dan PLTA sungai Klaya. Adanya proyek ini jelas akan menambah beban utang negara yang memang sudah sangat berat. Bunga yang diberikan pun sangat besar, bahkan melebihi bunga dari lembaga moneter dari negara – negara lain. Hal ini secara otomatis memperberat kerja APBN. Yang mana, jika APBN tidak mampu untuk menahan beban tersebut. Maka rakyatlah yang harus turut menanggung beban tersebut.

Megaproyek OBOR jelas berbahaya dan menjadi ancaman. Sebab menjadi jebakan utang Cina terhadap Indonesia, yang akan mengokohkan dominasi Cina atas Indonesia. Di satu sisi menjadi alat penghancur perekonomian warga pribumi dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, muncul penolakan dari berbagai elemen masyarakat terhadap megaproyek OBOR Cina.

Penolakan tersebut salah satunya datang dari para ulama sebagai garda terdepan negeri ini. Bertempat di Aula pondok pesantren Darussalam Garut, Jawa Barat, sekitar 1.000 ulama menghadiri Mutlaqo Ulama Ahlussunah Wal Jamaah Nasional yang diselenggarakan para Alim Ulama Ahlussunah Wal Jamaah. Peserta terdiri dari perwakilan para Tokoh Alim Ulama , Kiyai , Pengasuh Pondok Pesantren serta Muhibbin dari seluruh Indonesia. Mereka berkumpul membahas persoalan krusial yang baru saja ditandatangani, yaitu kerjasama Indonesia Cina yang di kenal dengan proyek OBOR ( One Belt One Road ).

Dalam kegiatan tersebut, disampaikan pendapat para tokoh dan ulama tentang bahaya megaproyek OBOR Cina. Adapun dalam pandangan para ulama megaproyek OBOR ini hanya membuat Indonesia buntung. Dan dapat berakhir dengan Indonesia yang menjadi jajahan baru bagi China . Di samping itu, adanya kekhawatiran para ulama dan tokoh terhadap ancaman ideologi Komunis yang pernah membantai kaum Muslimin di masa lalu akan terulang kembali. Apatah lagi penandatanganan kerjasama ini nampak dipaksakan, di tengah proses Pemilu 2019 yang belum selesai. Di mana terjadi berbagai kecurangan yang tak kunjung tuntas.

Dari mutlaqo tersebut diperoleh kesimpulan bahwa para ulama sepakat menolak kerjasama Indonesia lewat proyek OBOR ini. Adanya pernyataan sikap keras dari para ulama yang menolak megaproyek OBOR Cina, tentunya membawa angin segar bagi umat. Dan sebagai sinyal bahwa ulama tetap menjadi garda terdepan menolak terhadap berbagai ketidakadilan dan kezaliman yang mengancam umat. Di tengah upaya kriminalisasi yang kerap menimpa para ulama.

Ini juga membuktikan bahwa ulama tidak hanya sekadar menjadi penasihat dalam persoalan dalam ibadah ritual atau tradisi keagamaan. Tapi juga menjalankan peran utamanya dalam muhasabah lil hukmi/mengoreksi penguasa. Tujuannya tak lain, agar penguasa tak menyalahgunakan kekuasaannya, sebagaimana yang terjadi hari ini.

Jelas hari ini, umat butuh kehadiran ulama untuk menjaga umat dari tindak kejahatan, pembodohan dan penyesatan yang dilakukan oleh rezim curang. Mengoreksi penguasa agar sejalan dengan aturan Islam. Ulama juga berperan mengungkap semua niat jahat di balik semua sepak terjang kaum penjajah dan antek-anteknya. Menyingkap makar dan fitnah yang ada di tengah umat. Hal ini agar umat terjauh dari kejahatan musuh–musuh Islam.

Nur Saleha, S.Pd
Pengajar

Artikel Terkait

Back to top button