Umar bin Khattab: Pemimpin yang Ditakuti Setan
Kata-kata Fatimah menimbulkan suatu pengaruh aneh pada fikiran Umar. Dia memandang adiknya dengan pandangan kasih sayang, dan ketika darah mengalir di wajah Fatimah, hatinya makin sedih. Dia sangat menyesal atas sikap kasarnya itu. Lalu dengan suara yang sudah melunak, dia meminta Fatimah untuk menunjukkan lembaraan bacaan yang didengarnya sebelum masuk ke rumah tadi.
Ketika melihat perubahan sikap Umar, Fatimah hendak memberikan lembaran bacaan ayat suci kepadanya. Akan tetapi dia merasa segan menyerahkannya karena Umar masih kotor. Dia lantas berkata,”Hai Saudaraku. Engkau masih dalam keadaan kotor, sedangkan ayat suci ini tidak boleh dipegang kecuali oleh orang-orang yang telah suci.”
Umar kemudian bangkit dan membersihkan dirinya dengan cara mandi. Setelah itu barulah Fatimah memberikan lembaran mushaf al Quran. Ayat-ayat suci itu dibaca oleh Umar dari ayat pertama surat Thaha sampai pada firman Allah: Aku ini Allah. Tiada Tuhan selain Aku. Sembahlah aku, kerjakan shalat untuk mengingatku. (QS Thaha 14)
Ayat-ayat itu terasa sangat menyentuh hati nuraninya. Dia berkata seperti menggumam kepada dirinya sendiri,”Alangkah indah dan mulia bacaan ini.”
Mendengar kalimat Umar itu, Khabab keluar dari tempat persembunyiannya, seraya berkata,”Beruntunglah engkau wahai Umar. Kuharapkan Allah telah mengabulkan doa Nabi Muhammad saw yang menyatakan,”Ya Allah, perkuatlah Islam ini dengan salah seorang yang Engkau cintai: Umar bin Khattab atau Amr bin Hisyam (Abu Jahal).” Kini Allah telah memilihmu, hai Umar.”
Dari rumah Fatimah, kemudian Umar pergi menemui Rasulullah dan menyatakan keislamannya.
Setelah masuk Islam, Umar usul kepada Rasulullah agar dakwah Islam ini dilakukan secara terang-terangan. “Mengapa kita menyembunyikan agama kita, sedangkan kita berada di atas jalan yang benar dan selain kita berada di atas jalan yang batil?”
Rasulullah menjawab, ”Golongan kita masih sangat sedikit, sedangkan engkau telah menyaksikan sendiri apa yang harus kami tanggung.”
Umar kemudian berkata, ”Demi Allah yang mengutusmu dengan agama yang benar. Sekarang tidak ada lagi tempat-tempat yang pernah mengingkarimu melainkan engkau dapati tempat-tempat itu beriman kepadamu.”
Setelah itu Rasulullah keluar menuju Ka’bah bersama-sama kaum Muslim dalam dua barisan. Satu barisan dipimpin Umar dan barisan lainnya dipimpin Hamzah. Demonstrasi yang dilakukan kaum Muslim ini menggetarkan kaum Musyrik dan mereka tidak berani mengganggunya. Wallahu azizun hakim. []
Nuim Hidayat, Direktur Forum Studi Sosial Politik