Yusril Ingatkan Pemerintah Soal TKA China
Jakarta (SI Online) – Pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra mengingatkan agar pemerintah mengevaluasi sistem pelayanan imigrasi. Tujuannya agar tidak mudah kebobolan.
Menurut Yusril, sistem elektronik yang dibangun tujuannya untuk mempercepat pelayanan. Tetapi, menurut dia jangan menyerahkan segalanya kepada sistem elektronik IT tanpa kontrol yang ketat sebab hal itu rawan terjadi penyalahgunaan.
Baca juga: Yusril: Pembangunan Paling Lemah di Era Jokowi adalah Sektor Hukum
Mantan Menteri Hukum dan Perundang-undangan itu juga menyebutkan isu yang menyangkut soal keadilan adalah terkait TKA China. Menurutnya, TKA Cina bebas-bebas masuk tanpa pengawasan ketat dan seleksi yang hati-hati terhadap jenis pekerjaan yang boleh dilakukan TKA.
“Ini bukan saja menimbulkan masalah ketenagakerjaan, tetapi juga masalah sosial dan politik yang rawan serta menjadi ancaman stabilitas,” kata dia.
Yusril menyebut, masalah TKA China ini tiap hari menjadi bahan berita dan bahan agitasi dan propaganda di media sosial. Padahal tidak semua beritanya sesuai fakta.
“Tetapi hal-hal seperti ini mudah mempengaruhi orang awam dan membuat suasana menjadi tegang. Pemerintah tidak boleh berdiam diri menghadapinya,” ungkapnya.
Menurut Yusril, pemerintah yang cerdas adalah pemerintah yang responsif atas setiap perkembangan, positif maupun negatif.
Karena itu, masalah ketidakadilan dan tidak adanya kepastian hukum dan masalah TKA yang ramai dibicarakan, harus diantisipasi, dijelaskan dan diselesaikan.
Rakyat, kata dia, ingin tahu sikap pemerintah mengatasi hal itu. Rakyat juga harus kritis kepada calon-calon Presiden, apa konsepsi mereka mengatasi ketidakadilan pertanahan dan kepastian hukum berusaha serta mengatasi banjirnya TKA China seiring dengan investasi mereka di negara ini.
“Hanya Pemerintah yang cerdas dan cepat tanggap mengatasi masalah yang mampu membawa bangsa dan negara ini menjadi negara maju ke depan. Kalau tidak, selamanya kita akan ketinggalan dari negara-negara lain,” pungkasnya.
red: farah abdillah